Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2018, 13:26 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sebut saja anoreksia, bulimia, dan binge-eating, ditemukan bisa terkait dengan kesepian.

Meski begitu, kesepian bisa menjadi faktor baik penurunan maupun kenaikan berat badan.

Menurut studi tersebut, mereka yang berat badannya naik seringkali karena menjadikan makanan sebagai pereda rasa kesepian.

8. Bisa menjadi pertanda Alzheimer

Sebuah studi yang dilakukan Donovan mempelajari 79 komunitas yang dijalankan orang-orang tua.

Dari studi tersebut ia menemukan, mereka yang memiliki level protein amyloid tinggi juga dilaporkan merasa kesepian, sama seperti perasaan terisolasi.

Banyak ilmuwan meyakini, akumulasi amyloid pada otak mendasari terjadinya alzheimer.

Teori ini memiliki hipotesa, komponen amyloid mengacaukan komunikasi antara sel otak dan bahkan merusak sel tersebut.

Amyloid juga menurunkan kognisi sebagaimana karakteristik penyakit alzheimer.

9. Rentan terkena flu dan pilek

Sebuah studi pada tahun 2017 menemukan, mereka yang kesepian cenderung lebih rentan terkena gejala flu dan pilek.

Studi tersebut mengekspos 159 orang dengan virus pilek umum. Mereka lalu dimasukkan ke karatina di hotel selama lima hari.

Tidak semua orang terserang penyakit. Namun, di antara mereka yang terserang, mereka yang merasa kesepian lebih rentan terkena virus tersebut 39 persen lebih tinggi.

Secara terpisah, studi lainnya yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Cacioppo dan Cole menemukan, sistem imun orang-orang yang kesepian cenderung lebih fokus memerangi bakteri ketimbang virus.

Artinya, orang-orang yang kesepian cenderung lebih rentan terserang infeksi.

10. Memicu perilaku tidak sehat

Hold-Lunstad mengatakan, memiliki hubungan positif akan memotivasi seseorang untuk menjalani pola hidup sehat.

Baca juga: Kesepian Akibatkan Orang Lanjut Usia Kurang Gizi

Seperti pola makan yang baik, tidur cukup, olahraga, dan pergi ke dokter ketika dibutuhkan.

Sebuah studi di tahun 2010 melihat, hubungan bisa memberi dampak positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang.

Studi ini secara khusus melihat keterkaitan hubungan sosial dan perilaku kesehatan.

Studi tersebut mencontohkan, pernikahan membuat seseorang meminimalisasi perilaku berisiko. Seperti merokok, menggunakan obat-obatan, dan minum berlebih.

Hasil studi juga menunjukkan, mereka yang sudah menikah memiliki rasio kematian lebih rendah. Hal ini seringkali disebabkan oleh kebiasaan hidup sehat.

Mereka yang memiliki pasangan atau anak yang perilakunya baik dan menjauhi kekerasan dalam rumah tangga, -menurut studi tersebut, cenderung menjalankan perilaku hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com