Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Nasib Para Pemulung Sampah di India, Lewat Produk Kecantikan

Kompas.com - 20/05/2019, 12:13 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Harga stabil itulah yang diinginkan para pemulung sampah.

"Para pemulung sampah mengakses lewat ponsel, lalu mereka bisa menyetujui transaksi dan mendapatkan harga yang konsisten ketika menjual plastik mereka kepada partner franchise dan ini bisa mereka lacak," jelas Andrew.

Plastic For Change juga melatih para pemulung sampah untuk bisa secara baik dan benar memisahkan sampah, agar sampah yang dihasilkan memenuhi standar kualitas tertentu. Misalnya, untuk dipasok menjadi bahan baku kemasan The Body Shop.

Sampah dicacah, dicuci, hingga pada akhirnya bisa menjadi kemasan The Body Shop dan bisa memengaruhi sirkulasi ekonomi mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Plastic is a problem for the environment. Fact. But did you know it's a problem for people too? Three billion people in the world live without formal waste management. That's almost half the worlds population! This has created an informal waste picking economy. There are 1.5 million waste pickers in India alone, they work tirelessly to collect and sort waste that could otherwise end up in the world's rivers and oceans. But they’re vulnerable to poor living and working conditions and discrimination. It’s time to tackle the plastic crisis differently and celebrate these unsung heroes that are helping clear the world of plastic pollution. With a new Community Trade partnership working with waste pickers in India, we’ll be putting plastic waste that exists already, to use. From 2019, our recycled 250ml haircare bottles will contain 15% Community Trade recycled plastic. Working in collaboration with small waste picker communities, we plan to increase this amount over time, starting small and scaling up in a responsible and sustainable manner. Find out more about how we will fight for people and the planet with our NEW Community Trade recycled plastic online by clicking the link in bio. #CommunityTradePlastic #TheBodyShop #RecycledPlastic @plasticsforchange @unwaste_it

A post shared by The Body Shop Official (@thebodyshop) on May 9, 2019 at 4:42am PDT

Andrew berharap, sistem ini ke depannya juga bisa diaplikasikan di daerah, atau bahkan negara lain.

"Kami ingin mereplika model ini, memperkenalkan sistem daur ulang bertanggungjawab pada komunitas-komunitas serupa ke negara-negara lain," katanya.

Sementara Hasiru Dala, mereka menyediakan kartu identitas pekerjaan (occupational ID cards) khusus yang membuat para pemulung sampah mendapatkan akses sosial, seperti akaes kesehatan, pendidikan, bahkan bisa membuka rekening bank.

Selain perlindungan sosial bagi para pemulung sampah dan keluarganya, mereka juga membantu para pemulung sampah membangun skill yang akhirnya juga memberikan mereka kebanggaan lebih atas pekerjaannya.

"Mereka tidak tahu apa kontribusi yang telah mereka beri. Mereka tidak tahu bahwa sekian ton sampah yang mereka kumpulkan sudah didaur ulang dan mereka sudah menghemat uang kota ini."

"Jadi, ketika kami bicara kepada mereka tentang apa yang sudah mereka lakukan, mereka sangat percaya diri bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal baik," kata Co-Founder Hasiru Dala, Nalini Shekar.

Sementara Hasiru Dala Innovation adalah perusahan sosial (social enterprise) yang membantu meningkatkan kualitas hidup dan kewirausahaan di antara para pemulung sampah serta melakukan manajemen sampah secara keseluruhan.

Orang-orang seperti Krishna dan beberapa lainnya pada awalnya adalah seorang pemulung sampah. Krishna memulainya sejak usia 12 tahun dari memulung sampah-sampah dari toko kecil.

Pada 2013 Krishna mulai mengelola DWCC sendiri.

Secara umum, Hasiru Dala membantu para pemulung sampah menjadi enterpreneur. Sehingga mereka bisa nempekerjakan orang lain di sektor pengelolaan sampah dengan standar kerja dan prosedur yang baik.

Kini, sekitar 72.000 pemulung sampah sudah memiliki kartu identitas pekerjaan. Nalini berharap, di 20 tahun mendatang semua pemulung sampah sudah mendapatkan kesejahteraan dan sistem pengelolaan sampah sudah terbangun dengan baik.

Terutama, jangan ada lagi anak-anak yang memulung sampah.

"Kalau pun ada, mereka harus berada di level yang lebih tinggi seperti manajer, pemilik bisnis, mendaur ulang sampah sendiri, dan lainnya. Semua pemulung sampah harus bisa menikmati hak dari pekerjaan mereka," tuturnya.

Dari pemulung menjadi enterpreneur

Annama ketika menunjukkan kartu identitas pekerjaannya.KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Annama ketika menunjukkan kartu identitas pekerjaannya.
Selain Krishna, Annama (38) adalah salah satu potret pemulung sampah yang kini sukses. Ibu tiga anak itu saat ini sudah mengelola salah satu DWCC di Bengaluru.

Sudah memulung sampah sejak usia 10 tahun, Annama merasakan perbedaan yang besar dengan kondisinya saat ini, ketika dirinya sudah memiliki kartu identitas pekerjaan.

Selain beragam fasilitas warga negara yang sudah bisa dinikmati, perlakuan masyarakat juga menjadi lebih baik.

“Dulu kami tak mendapatkan hormat dari masyarakat. Pemulung sampah dianggap hanya sebagai pemungut sampah saja, padahal kami semua kan bekerja demi kebaikan bersama,” ungkap Annamma.

Setelah kartu identitas pekerjaan tersebut dimilikinya, masyarakat bahkan memperlakukannya seperti tamu ketika ia datang untuk mengumpulkan sampah.

Tak jarang pemilik rumah justru menyuguhinya makanan dan minuman lalu berbincang dengannya terlebih dahulu sebelum ia mengambil sampah.

Hal yang berhasil ditorehkan oleh Annama juga membuatnya diliput beragam media dan dikenal luas. Anak-anaknya pun bangga dengan pekerjaan Annama saat ini.

"Aku masuk koran dan ada dimana-mana, anak-anak bangga dan mengatakan, 'ini ibuku'," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com