KOMPAS.com - Ajang lari di Indonesia dari tahun ke tahun semakin diminati.
Namun bisa jadi, tingginya minat tersebut belum diimbangi dengan pengetahuan kesehatan terkait jenis olahraga lari.
Masih banyak hoaks terkait olahraga lari yang beredar di masyarakat.
Informasi kesehatan yang keliru atau tidak teruji secara medis bisa berdampak pada masalah kesehatan serius.
Baca juga: Udara Buruk karena Polusi, Amankah Lari Pakai Masker?
Ada risiko cedera hingga kasus kematian mendadak akibat penanganan yang keliru, misalnya.
Lalu, apa saja hoaks terkait olahraga lari yang banyak beredar di masyarakat?
1. Lari menggunakan jaket parasut agar kurus
Demikian ditegaskan Ketua pelaksana ajang lari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), KedokteRAN 2019, dr. Jack Pradono Handojo, MHA.
Dia menyebut, sepanas-panasnya suhu ketika mengenakan jaket parasut, menurut dia, tidak akan mencapai 100 derajat celcius.
Suhu maksimal dengan metode itu hanya berkisar 38-39 derajat Celcius. Nah, suhu tersebut tidak cukup untuk meluruhkan lemak.
Baca juga: Lari Belum Tentu Efektif, Pahami Jenis Kardio yang Paling Pas
Kondisi yang terjadi ketika kita memaksakan lari menggunakan jaket parasut adalah proses penguapan yang terhambat, dan membuat badan mengalami overheat.
"Kemudian mengalami heat stroke (sengatan tinggi)," kata Jack di kampus FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2019) kemarin.