Berbeda dengan orang normal, struktur otak penderita BED dikatakan mengalami perubahan tertentu. Akibatnya, respons penderita terhadap makanan menjadi meningkat dan kemampuan untuk mengendalikan dirinya mengalami penurunan.
3. Memiliki citra tubuh yang negatif
Citra tubuh negatif akan membuat kita merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya sendiri. Inilah yang dialami oleh orang yang mengidap gangguan makan binge eating, yang kemudian membuat gangguan makan ini semakin parah.
4. Sudah mulai melakukan binge eating sejak lama
Para pengidap BED umumnya memang sudah melakukan tindakan binge eating sedari masa kanak-kanak dan remaja. Lama-kelamaan aktivitas tersebut berkembang menjadi gangguan kejiwaan.
5. Mengalami trauma secara emosional
Peristiwa yang dapat menyebabkan stres atau depresi pada seseorang dapat menjadi faktor pemicu di balik penyakit binge eating.
Misalnya, mengalami kekerasan seksual (seperti diperkosa), kecelakaan, ada anggota keluarga atau orang terdekat yang meninggal, perceraian orangtua, atau bullying.
6. Mengidap kondisi psikologis lainnya
Penelitian menunjukkan bahwa penderita penyakit binge eating juga biasanya memiliki sekurang-kurangnya satu gangguan psikologis lainnya, seperti fobia, depresi, atau bipolar.
7. Pengaruh jenis kelamin
Menurut sebuah penelitian, binge eating disorder lebih kerap dialami oleh pria serta orang-orang yang lebih tua. Namun alasan di baliknya belum bisa dipastikan.
8. Pengaruh diet ekstrem yang gagal
Ketika kamu melakukan diet ekstrem, namun tidak berhasil, rasa putus asa bisa mendera. Kegagalan ini kemudian dapat memicu munculnya rasa kecewa dan rasa bersalah, yang malah membuat kamu makan dengan porsi yang lebih banyak.
Baca juga: Pola Makan yang Buruk Bisa Sebabkan Kematian
Penderita binge eating disorder umumnya merasa sulit hingga tidak bisa berhenti melakukan binge eating. Oleh sebab itu, butuh bantuan dari keluarga maupun orang di sekelilingnya dalam membantunya untuk menghentikan kebiasaannya.