KOMPAS.com - Victoria Beckham dilaporkan telah merumahkan sebagian karyawannya akibat pandemi Covid-19 yang juga berimbas pada industri fesyen.
Label fesyen milik Victoria yang berbasis di London, mengirim surat kepada sekitar 30 karyawan untuk mengabarkan bahwa mereka dirumahkan sesuai skema cuti Pemerintah Inggris.
Melalui skema ini, pemerintah akan membayar 80 persen dari besaran gaji karyawan dari perusahaan yang terkena dampak virus corona.
Baca juga: Layak Dicontoh, Pola Asuh ala David dan Victoria Beckham
Sementara, Victoria kabarnya akan membayar sisa 20 persen gaji karyawan, selama pandemi.
Bahkan, istri mantan pesepakbola David Beckham dikabarkan mengorbankan gajinya selama wabah Covid-19.
"Kami bekerja keras untuk memastikan tim Victoria Beckham yang bernilai tinggi dilindungi selama masa tidak menentu ini, sambil tetap menjaga bisnis kami tetap sehat."
Begitu kata Jurubicara Victoria Beckham seperti dikutip laman Mirror.
Baca juga: Pesan Hangat David dan Victoria Beckham di Tengah Wabah Virus Corona
Merek Victoria Beckham memiliki kantor di New York dan London, dengan flagship store di lingkungan Mayfair London, dan toko kedua di Hong Kong.
Saat ini, flagship store di London sedang ditutup, namun situs e-commerce label dan warehouse tetap beroperasi.
Merek yang lahir pada 2008 ini belum mendulang keuntungan. Pada tahun 2018, Victoria Beckham melaporkan kerugian sebesar 12,3 juta pound atau senilai Rp 236 miliar.
Baca juga: Diungkap, Camilan Victoria Beckham demi Tubuh Tetap Langsing
Penjualan turun 16 persen menjadi 35 juta pound atau sekitar Rp 672 miliar), karena permintaan grosir yang menurun.
Berbagai merek di seluruh sektor barang luxury, memang sedang bersiap menghadapi ceruk penjualan yang relatif besar.
Hal ini terjadi karena pandemi menyebabkan pemotongan pengeluaran dan penutupan toko secara paksa di Amerika Utara dan Eropa.
Baca juga: Victoria Beckham Ungkap Rahasia Tampilan Bibir yang Penuh...
Menurut laporan analis, penjualan barang-barang kelas atas akan menurun tahun ini antara 20-30 persen. dipicu pula oleh pariwisata yang menurun, serta penurunan daya beli milenial dan Gen Z.