Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Kondisi yang Menyebabkan Sering Kentut dan Cara Mengatasinya

Kompas.com, Diperbarui 11/12/2022, 15:02 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Setiap orang bisa kentut sebanyak 5 sampai 15 kali setiap hari. Kentut termasuk bagian normal dari proses pencernaan dan merupakan hasil dari aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan.

Sering kentut atau flatulensi memang bisa membuat orang salah tingkah dan tidak nyaman. Tapi kondisi ini juga bisa menandakan gejala gangguan medis.

Seseorang dikatakan terlalu sering kentut jika ia buang gas lebih dari 20 kali dalam sehari. Apakah kamu termasuk salah satunya?

Penyebab terlalu sering kentut

Beberapa kondisi di bawah ini mungkin bisa menjelaskan mengapa seseorang menjadi terlalu sering kentut:

1. Perubahan pola makan

Perubahan pola makan bisa membuat sering kentut. Misalnya, menjadi vegetarian, menghindari konsumsi kelompok makanan tertentu, atau menambahkan jenis suatu makanan ke menu makan sehari-hari.

Biasanya, gejala sering kentut akan berkurang setelah tubuh beradaptasi dengan pola makan baru tersebut.

2. Konsumsi makanan tertentu

Beberapa jenis makanan menghasilkan gas lebih banyak dalam saluran pencernaan. Jenis makanan yang menimbulkan gas biasanya karbohidrat. Salah satunya adalah ubi jalar.

Ubi jalar kerap dikaitkan dengan kondisi lebih sering kentut setelah mengonsumsinya. Pasalnya, ubi jalar mengandung glukosa bernama mannitol yang memiliki efek pencahar.

Sebagai akibatnya, produksi gas di lambung akan berlebih disertai dengan peningkatan frekuensi buang gas.

Sementara protein tidak menyebabkan sering kentut. Namun jenis protein tertentu bisa menimbulkan aroma saat buang gas.

Jenis makanan yang banyak menimbulkan gas meliputi makanan yang tinggi serat dan sulfur, serta mengandung gula rafinosa, tepung, sulfur, maupun gula alkohol.

Konsumsi makanan yang meningkatkan asam lambung seperti pedas, asam dan bersoda juga dapat menjadi pemicu kentut.

Baca juga: Kentut Berbau Tidak Sedap, Apa Sebabnya?

3. Konstipasi

Sembelit atau konstipasi juga bisa menyebabkan sering kentut. Pasalnya, kotoran yang menumpuk di usus besar akan terfermentasi dan menimbulkan lebih banyak gas yang kemudian menumpuk.

4. Intoleransi laktosa

Orang yang mengidap intoleransi laktosa akan memproduksi lebih banyak gas di saluran cerna ketika ia mengonsumsi produk susu dan turunannya. Misalnya keju, mentega, dan yoghurt.

Gas terbentuk karena tubuh penderita intoleransi laktosa tidak mampu memproses laktosa, yakni sejenis protein yang terkandung dalam produk susu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau