KOMPAS.com - Memuji anak secara berlebihan kerap dilakukan orangtua, baik sadar maupun tidak. Namun ternyata, pujian berlebih adalah salah satu bentuk kekeliruan dalam mendidik si buah hati.
Memang benar memuji dan menghargai anak atas apa yang mereka lakukan lebih baik daripada menghukum saat mereka berperilaku tidak baik.
Profesor psikologi di Universitas Clark di Worcester, Amerika Serikat, Wendy S. Grolnick, Ph.D., mengatakan, pujian juga memiliki sisi negatif.
Baca juga: Kapan Orangtua Harus Lakukan Deep Talk dengan Anak?
Sebab, memuji hasil pekerjaan anak seperti mengatakan “wah bagus”, atau “kamu sangat pintar”, akan membuat anak-anak fokus pada hal-hal itu.
Ini akan membuat anak merasa cemas atas apa yang mereka kerjakan, apakah akan dipuji lagi atau tidak.
Anak mungkin akan berpikir “aku akan pintar jika melakukannya, dan aku akan menjadi anak bodoh jika tidak melakukannya".
Selain itu, si kecil menjadi lebih termotivasi pada kesenangan orangtua, daripada proses yang dilaluinya.
Puji prosesnya, bukan orangnya
Gaya pengasuhan tahun 1970-an yang mementingkan harga diri berfokus pada memberikan umpan balik positif pada anak ana, seperti memberi pujian,“kerja yang bagus” atau “kamu sangat pintar”.
Baca juga: Contoh Gisel dan Gempi, Orangtua Tak Perlu Malu Minta Maaf ke Anak
Hal ini berbeda dengan gaya pengasuhan yang lebih terbuka dan berorientasi pada disiplin dari generasi sebelumnya yang memfokuskan anak untuk menjadi lebih hangat dan sehat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.