“Dengan demikian memungkinkan anak-anak untuk mengevaluasi diri mereka, daripada melakukan evaluasi eksternal.”
Dengan kata lain, pertanyaan orangtua pada gilirannya akan mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan yang sama kepada diri sendiri.
Hal tersebut akan memicu rasa ingin tahu dan eksplorasi.
Waspadai kecanduan pujian
Profesor psikologi di Reed College di Portland, Oregon, Dr Jennifer Henderlong Corpus, Ph.D., mengatakan, terlalu memuji anak dapat membuat mereka menjadi kecanduan pujian.
Baca juga: Orangtua Baru Juga Perlu Self Care
Seorang anak bakal secara kompulsif melakukan perilaku untuk mendapatkan pengakuan.
Risiko lainnya yang juga akan timbul adalah karena anak bisa merasakan pujian yang tidak tulus.
Yang sangat menarik, bagaimana pendekatan semacam itu tak "mujarab" bagi anak-anak dengan kepercayaan diri yang rendah.
Orangtua, -dan juga guru, seperti ini sering kali mencoba untuk meningkatkan semangat pada anak-anak semacam itu dengan memberikan pujian yang berlebihan.
Misalnya, “gambarmu adalah yang paling indah yang pernah saya lihat!"
Tetapi -sayangnya, anak-anak semacam itu tak bisa menangkap maksudnya, dan merespons pujian semacam itu dengan buruk.
“Ini karena jenis pujian tersebut menciptakan standar yang sangat tinggi, dan anak-anak dengan cepat kehilangan motivasi dalam menghadapi ketidakmungkinan itu," kata Corpus.
Nah, demi menghindari risiko ini, orangtua dan guru diminta untuk mendeskripsikan secara sederhana dengan mengamati apa yang anak lakukan, lalu ungkapkan ekspresi kegembiraan yang netral.
“Wow! Kamu menggali lubang besar di kotak pasir dengan trukmu! ”
Hal ini akan memperkuat perilaku, dan membuat si kecil tahu bahwa orangtua dan gurunya memperhatikan mereka, tanpa menetapkan standar yang tidak realistis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.