Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Charles Rilis Koleksi Pakaian Berkelanjutan

Kompas.com - 13/11/2020, 05:05 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Ada sweater rollneck gading kasmir dengan cable knit, celana panjang wol biru tua dengan lipatan di beberapa bagian, dan jaket bomber minimalis yang terbuat dari kasmir donegal abu-abu.

Item lainnya adalah kemeja slim-fit dengan kancing mutiara dari kapas organik serat tunggal yang mudah didaur ulang. Kemeja ini hadir dalam dua varian warna, biru dan putih.

Tidak ketinggalan mantel wol dan kasmir satu lapisan di bagian dada berwarna camel, kardigan jingga dengan pola bergaris, serta celana berbahan wol.

Baca juga: Pangeran Charles Ternyata Sarapan Makanan yang Sama Setiap Hari

Beberapa label seperti Allbirds dan Stitch Fix mengutamakan penggunaan data dan algoritma untuk mendesain dan memasarkan pakaian, namun Prince's Foundation melakukan pendekatan berbeda.

"Kami ingin menghilangkan pemborosan dalam desain," sebut Farrell.

"Proses desainnya sangat halus. Koleksi ini memang tidak mendekati benar, tetapi kita membayangkan hemline sedikit lebih panjang, lengan baju sedikit berbeda, dan sebagainya."

"Kesukaan pelanggan selama lima tahun menjelaskan bentuk setiap bagian dari garmen, termasuk kain dan warna serta proporsinya."

Harga koleksi pakaian berkelanjutan ini bervariasi, mulai dari 510 Pound atau sekitar Rp 9,5 juta untuk sweater rollneck, hingga jaket bomber yang dibanderol 1250 Pound atau Rp 23 juta.

Di balik harga pakaian yang mahal, ada kualitas yang ditawarkan.

Selain itu, barang bagus perlu dilabeli harga lebih tinggi. Pemahaman ini sangat dianut di Inggris, di mana fast fashion sudah menjadi candu.

"Ini cara bagi masyarakat untuk memahami hubungan antara pengerjaan dan keberlanjutan, dari serat, proses menjahit, hingga sebuah pakaian jadi," kata Farrell.

"Saya pikir di mata konsumen, koleksi ini dikemas dengan indah, tetapi tidak ada yang memikirkan tahapan yang dilalui untuk mencapai keindahan tersebut."

Bahan kasmir dan wol berasal dari perusahaan tekstil Skotlandia Johnstons of Elgin, sedangkan sutra organik yang melapisi beberapa item koleksi berasal dari Italia.

Proyek ini memprioritaskan bahan-bahan alami dan organik sehingga dapat dijadikan kompos.

Jika item fast fashion atau mode cepat sering dibuat dalam hitungan jam, pembuatan sebagian koleksi ini membutuhkan waktu berhari-hari.

Sebagai sentuhan akhir, setiap item koleksi memiliki ID digital yang memberi informasi produk dan pembuatnya, serta menawarkan rekomendasi untuk perawatan dan perbaikan.

"Kami ingin melihat beberapa luaran diwariskan dari generasi ke generasi," kata Farrell.

"Mereka begitu indah, didesain dengan peka dan baik sehingga harus bertahan dalam waktu lama."

Baca juga: Pangeran Charles Bisa Berganti Pakaian hingga 5 Kali Sehari


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com