Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2020, 23:19 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Time

KOMPAS.com - Semen, atau yang dikenal dengan nama air mani adalah cairan yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh organ-organ seksual pria saat terjadi ejakulasi.

Umumnya, cairan semen akan berada di dalam vagina wanita saat penetrasi untuk membuahi indung telur dan menjadi janin.

Namun, bagaimana jika cairan tersebut justru membuat seorang wanita mengalami alergi?

Baca juga: Apa Sebabnya Volume Air Mani Berkurang?

Alergi air mani adalah sesuatu yang jarang disadari oleh kebanyakan orang.

Hasil penelitian di University of Cincinnati menyebut, tak kurang dari 40.000 wanita di Amerika Serikat diduga memiliki kondisi hipersensitivitas terhadap satu atau lebih komponen protein dalam air mani.

Protein yang dibuat di kelenjar prostat mungkin menjadi penyebab utamanya.

“Namun, mengingat banyaknya protein dan biomolekul lain dalam semen, mungkin ada lebih dari satu alergen yang bertanggung jawab atas alergi tersebut.”

Demikian diungkapkan Michael Carroll, Dosen senior Ilmu Reproduksi dan Klinis di Manchester Metropolitan University, Inggris.

Pola makan pria bahkan diduga berperan menjadi penyebab dari alergi ini.

Carroll mengutip satu studi kasus di mana seorang wanita yang alergi kacang bereaksi buruk terhadap air mani pacarnya, setelah dia makan kacang.

Baca juga: Wajib Tahu, Ini 8 Hal yang Menurunkan Jumlah Sperma

Jadi, mungkin saja orang yang biasanya tidak alergi terhadap air mani akan mengalami reaksi, bergantung pada apa yang dimakan pasangannya.

Pada tahun 2011, Carroll ikut menulis studi tentang "hipersensitivitas terhadap sperma".

Dia mengatakan, gejala yang terjadi pada kondisi tersebut di antaranya, gatal, kemerahan, terbakar dan bengkak di area vagina dan vulva.

Lalu ada pula gejala alergi sistemik klasik seperti gatal-gatal, masalah pernapasan, hingga eksim.

“Ini dianggap sebagai reaksi alergi tipe-1: jenis reaksi yang sama yang didapat dari serbuk sari atau bulu kucing,” kata dia.

Wanita yang mengalami kondisi ini cenderung memiliki gejala yang muncul tepat setelah hubungan seks tanpa kondom atau kontak langsung dengan sperma.

Lalu, gejala tersebut bisa berlangsung lebih dari 24 jam. Tetapi dalam banyak kasus, dokter mungkin salah mendiagnosis kondisi tersebut sebagai infeksi atau vaginitis kronis.

Bagaimana cara mengetahui kondisi alergi sperma ini?

Prediktor pertama dan yang paling jelas adalah jika seorang perempuan mengalami beberapa gejala di atas setelah berhubungan seks tanpa kondom. Namun, gejala tak muncul saat pasangan memakai kondom.

Baca juga: Waspadai, Potensi Risiko Kesehatan akibat Menelan Sperma

Carroll mengatakan, tes tusuk kulit dan profil antibodi darah dapat memastikan alergi semacam ini.

Penggunaan kondom adalah solusi yang efektif, meskipun itu tidak akan membantu pasangan yang sedang mencoba untuk memiliki keturunan.

Kabar baiknya, penelitian Carroll menunjukkan kondisi alergi ini tidak mengganggu kemampuan wanita untuk hamil.

Jadi, jika seorang perempuan memiliki alergi sperma, dan mencoba untuk mendapat keturunan, maka masih ada upaya yang dapat dilakukan.

Tentu, hal pertama yang bisa dicoba adalah dengan berkonsultasi kepada dokter.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Time
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com