Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Dampak Kesehatan jika Memangkas Drastis Asupan Karbohidrat

Kompas.com, 22 Desember 2020, 08:23 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Karbohidrat adalah makronutrien yang sangat penting untuk banyak fungsi dan proses dalam tubuh.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, asupan karbohidrat harian dianjurkan berkisar 60-70 persen dari asupan kalori harian, sedangkan lemak hanya 10-15 persen dan protein 20-25 persen.

Namun, ketika sedang diet atau berusaha menurunkan berat badan, banyak orang yang memangkas asupan karbohidrat hariannya secara drastis.

Mengurangi jumlahnya dalam jumlah banyak tentu saja akan menyebabkan perubahan, baik di luar maupun dalam tubuh.

Tentu tidak semua karbohidrat bisa diperlakukan sama. Diet karbohidrat rendah tetap bisa dilakukan dengan mengutamakan kualitas makanan yang kita konsumsi.

Lalu, apa saja dampak yang terjadi pada tubuh jika kita memangkas asupan karbohidrat secara drastis?

1. Mengantuk
Terlalu banyak makan karbohidrat seperti nasi putih atau roti memang bisa menyebabkan kantuk. Namun, terlalu sedikit mengonsumsinya juga bisa menyebabkan kita mengantuk.

"Karena karbohidrat adalah sumber energi nomor satu untuk tubuh kita,” kata ahli gastroenterologi yang berbasis di New York City, Gina Sam, MD, seperti dilansir The Healthy.

Dibandingkan dengan protein dan lemak, karbohidrat dipecah paling cepat menjadi glukosa, bahan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Jadi, memangkas asupan karbohidrat secara drastis bisa membuat tubuh lesu.

Baca juga: 5 Pilihan Karbohidrat Sehat untuk Turunkan Berat Badan

2. Lebih cepat kenyang
Banyak orang merasa dirinya lebih tidak lapar ketika menjalani diet rendah karbohidrat meskipun mengonsumsi lebih sedikit kalori.

Alasannya, jika diet tersebut membuat Anda mengonsumsi sumber protein tanpa lemak dan lemak sehat lebih banyak, tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk memecah nutrisi tersebut dibandingkan dengan karbohidrat.

Sementara ketika mengonsumsi banyak karbohidrat, pankreas akan membuang banyak insulin ke dalam darah sebagai respons terhadap kelebihan gula yang tiba-tiba.

Kondisi ini dapat menyebabkan lonjakan dan penurunan gula darah yang ekstrem, yang dapat menyebabkan rasa lapar atau ngidam yang tiba-tiba dan intens.

Mengisi perut dengan protein dan lemak membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Namun masalahnya, ahli diet teregistrasi sekaligus pendidik diabetes tersertifikasi, Jessica Crandall, pola diet ini jarang sekali berkelanjutan, terutama jika seseorang melakukan diet rendah karbohidrat yang ekstrem.

Baca juga: Lihat, 7 Hal yang Bisa Terjadi pada Tubuh saat Jalani Diet Keto

3. Turun berat badan
Seseorang yang menerapkan diet rendah karbohidrat berpotensi mengalami penurunan berat badan, meskipun sifatnya jangka pendek.

Menurut Crandall, sebagian berat badan yang turun adalah berat air dan sisanya adalah karena orang tersebut menurunkan asupan kalorinya.

Berat badan yang turun karena menerapkan pola diet tersebut cenderung akan turun.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau