KOMPAS.com - Kota-kota di seluruh dunia saat ini bergulat dengan masalah yang sama: bagaimana membuka kembali aktivitas dengan aman di era Covid-19.
Sistem transportasi umum di tempat-tempat seperti New York, London, dan Paris biasanya membawa jutaan orang ke tempat kerja setiap hari.
Hal yang sama dialami Jakarta sebagai kota besar yang makin mengandalkan kereta dan bus.
Masalahnya, pandemi membuat pilihan tersebut makin terbatas karena kita disarankan untuk menjaga jarak, yang berarti harus menghindarkan diri dari kerumuman dan desak-desakan di angkutan umum.
Masalah lainnya, tidak semua orang memiliki mobil dan motor. Jika pun kita semua menggunakan mobil, maka terbayang bagaimana macetnya lalu lintas dan betapa besar polusi akibat emisi karbon yang ditimbulkan.
Itulah mengapa para perencana kota memandang sepeda sebagai salah satu jalan keluar.
Meski ideal, faktanya tidak semua orang suka bersepeda. Alasannya bermacam-macam. Ada yang tidak ingin berkeringat saat sampai di kantor. Ada pula yang merasa mudah lelah, tidak kuat bersepeda jarak jauh, atau alasan fisik lainnya.
Namun bagi mereka yang tahu, e-bike atau sepeda listrik bisa menjadi pilihan tepat sebagai alat transportasi atau komuter.
Sepeda jenis ini bisa melaju cepat, nyaman, dan memungkinkan kita menjaga jarak secara sosial saat bepergian.
Selain itu, e-bike dapat membuat perjalanan jauh menjadi pengalaman yang santai dan bebas keringat, selain dengan efektif membantu menjaga kualitas udara karena jenis transportasi ini bebas polusi.
Baca juga: Mengapa E-Bike Makin Populer sebagai Pilihan Bersepeda?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.