Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 19 April 2021, 15:18 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Di banyak negara pandemi mendatangkan masalah kesehatan mental, terutama rasa kesepian. Stres karena tidak berjumpa teman lama dan bersantai di coffee shop bisa membuat kita kesepian dan stres.

Bahkan, kesepian atau frustasi bisa kita rasakan meski rumah dalam kondisi yang ramai gara-gara konflik dengan anggota keluarga.

Merindukan masa-masa kehidupan sebelum pandemi juga akan meningkatkan perasaan kesepian kita.

Gelombang kesepian dapat menguras emosi dan membuat hidup kita menjadi suram. Selain itu kesepian juga memicu masalah kesehatan, termasuk gangguan tidur dan respons kekebalan yang lemah.

Sebaiknya kesepian tidak dibiarkan berlarut-larut dan diatasi, dengan 12 cara di bawah ini.

Baca juga: Pilihan Hidup Melajang Tak Selalu Berujung Kesepian

1. Mengubah persepsi

Gunakan sudut pandang berbeda tentang arti menyendiri. Hal ini dapat mempermudah kita untuk menangani perasaan kesepian.

Kesepian terjadi ketika kita menjadi terisolasi dan kebutuhan akan interaksi sosial dan hubungan antarmanusia tidak terpenuhi.

Setiap orang memiliki kebutuhan interaksi yang berbeda, jadi perasaan kesepian antara satu orang dan orang lain tentu tidak sama.

Contohnya jika kita terbiasa menghabiskan waktu di malam hari dengan teman dan pasangan, kita dapat merasa kesepian jika bertemu mereka sekali dalam seminggu.

Kita bisa merasa kesepian saat kembali ke rumah yang kosong, meski kita memiliki banyak teman di luar sana.

Kebanyakan orang membutuhkan hubungan yang dekat agar dapat berkembang. Abraham Maslow menganggap kebutuhan tersebut begitu penting. Ia mencantumkan cinta dan rasa memiliki di samping kebutuhan primer manusia seperti makanan dan tempat tinggal.

Walau begitu, me time atau waktu sendirian tidak kalah penting. Dengan menyendiri, kita berpeluang untuk menemukan jati diri, berpikir kreatif dan merefleksi diri.

Meluangkan waktu sendirian juga dapat membuka jalan menuju mindfulness, yang dapat meningkatkan kesadaran emosional dan menghasilkan ekspresi dalam segala jenis hubungan.

Baca juga: Lama di Rumah Bikin Anak Kesepian, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Ilustrasi kesepiansevendeman Ilustrasi kesepian

2. Membuat rumah lebih ramai dengan suara

Suara membantu mengisi ruang di lingkungan dan pikiran kita. Sebagai contoh, memutar musik akan meningkatkan suasana hati dan memberi kita motivasi.

Podcast dan radio menyajikan informasi dan hiburan, dan suasana percakapan di podcast maupun radio dapat menciptakan kondisi di mana kita terhubung dengan orang yang berbicara.

Acara TV atau film favorit dapat memecah keheningan, kendati kita tidak benar-benar menonton acara tersebut.

Sementara itu, dengan membuka jendela untuk mendengar kicauan burung dan suara orang yang lewat, kita akan merasa lebih terhubung dengan dunia luar.

Baca juga: 6 Alasan Mengapa Mendengarkan Musik Setelah Bangun Tidur Bermanfaat

3. Tetap terhubung dengan orang lain

Memang sulit untuk menghabiskan waktu setiap saat dengan teman atau keluarga, tetapi kita bisa menjaga kedekatan kita dengan mereka.

Kita bisa berinteraksi secara virtual. Agak sedikit berbeda dari bertatap muka langsung, namun intinya kita tetap terhubung dengan mereka.

Jika sebelum pandemi kita biasanya pergi bersama kerabat yang tidak tinggal serumah saat liburan, kali ini gantilah dengan memulai percakapan virtual di pagi hari.

Mengirimkan pesan singkat bisa membuat kita terhubung dengan orang lain, namun jangan mengabaikan kekuatan suara.

Sederhananya, dengan menelepon seorang kerabat, kita akan mendengar suaranya, dan ia juga mendengar suara kita. Ini akan membantu meredakan kesepian untuk kedua belah pihak.

Baca juga: Selama Isolasi di Rumah, Perbanyak Ngobrol di Telepon

4. Memanfaatkan interaksi sebaik mungkin

Kualitas interaksi dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan berapa banyak orang yang bersama kita.

Itu sebabnya, kita mungkin kesepian di antara orang banyak yang hanya "teman biasa", namun menjadi lebih bahagia bersama satu sahabat kita.

Cara kita menghabiskan waktu dengan orang lain juga dapat membuat perbedaan besar.

Terkadang, kita hanya memerlukan seorang teman dan merasa nyaman menonton film dengannya, berbagi ruang sambil bekerja, atau menelusuri medsos.

Agar kita terhubung dengan orang lain pada tingkatan yang mendalam, cobalah cara seperti berbagi emosi dan pengalaman pribadi atau mengajukan pertanyaan dan mendengarkan baik-baik penjelasannya.

Sulit menghindari topik tentang kondisi yang terjadi di dunia saat ini. Akan tetapi, jauh lebih baik berfokus pada topik yang membuat kamu dan dia bahagia ketimbang memikirkan pandemi dan berapa jumlah penderita Covid-19 saat ini, bukan?

Baca juga: Meningkatkan Hormon Kebahagiaan, Bagaimana Caranya?

Halaman:


Terkini Lainnya
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau