KOMPAS.com - Gelombang pandemi Covid-12 kedua mengancam Indonesia dengan peningkatan jumlah kasus yang terjadi di berbagai daerah.
Masyarakat dianjurkan untuk memperketat protokol kesehatan, termasuk dengan adanya larangan mudik menjelang perayaan Idul Fitri.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah asupan makanan dan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Vitamin D amat diperlukan tubuh untuk melawan virus corona sehingga kerap dijadikan terapi bagi para pasien Covid.
Selain itu, angka mortalitas pada orang yang terinfeksi Covid-19 lebih tinggi pada orang yang kekurangan vitamin D.
Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami defisiensi vitamin D. Data dari South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) 2011-2012 menyatakan, hal ini terjadi pada anak Indonesia usia 2 sampai 12 tahun sebanyak 38,76 persen dan ibu hamil sebanyak 61,25 persen.
Selain itu, kondisi ini dialami pula oleh 63 persen perempuan dewasa yang berusia 18-40 tahun dan 78,2 persen masyarakat pada usia lanjut.
Hal ini tentu saja menjadi sesuatu yang mencengangkan dengan status Indonesia sebagai negara tropis. Kita bisa mendapatkan sebanyak mungkin vitamin D dengan gratis dan mudah hanya dari paparan sinar matahari.
Baca juga: Ternyata Berjemur Pukul 12 Siang Paling Baik untuk Asupan Vitamin D
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, CHt,menganjurkan kita untuk mengoptimalkan kadar vitamin D dalam tubuh. Caranya dengan rutin berjemur di bawah panas matahari dan konsumsi makanan bergizi.
Sebagai pelengkap dan pencegahan menghadapi kondisi pandemi yang memburuk, ia menyarankan untuk mengonsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan vitamin harian.
"Banyak sekali yang kekurangan vitamin D, padahal kebutuhan harian kita berkisar 600 sampai 1000 IU per hari," terangnya dalam virtual press conference peluncuran produk Holisticare D3 1000 pada Rabu (5/5/2021).
Menurutnya, defisiensi vitamin D yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia terjadi karena berbagai hal.
Misalnya saja kekhawatiran kulit akan menggelap karena terpapar sinar matahari dan kebiasaan menggunakan pakaian tertutup. Oleh karena itu, pembentukan vitamin D alami tidak berjalan optimal meski sinar mentari berlimpah.
Baca juga: Seberapa Ampuh Vitamin D untuk Cegah Covid-19?
Suplemen yang tersedia di pasaran saat ini kebanyakan mengandung 400 IU. Karena itu, produk kesehatan tersebut kurang optimal untuk mendongkrak kadar vitamin D khususnya untuk menjaga imunitas di masa pandemi.