KOMPAS.com - Pemasangan balon serta stent atau ring menjadi penanganan terbaik dalam tatalaksana serangan jantung akut. Lewat metode ini penyempitan atau sumbatan pembuluh darah jantung diatasi.
Pada pasien yang mengalami serangan jantung akut (tiba-tiba) pemasangan ring harus dilakukan segera demi menyelamatkan nyawa.
Sedangkan pada pasien yang mengalami gejala-gejala penyempitan pembuluh darah, seperti sering nyeri dada, disarankan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh sehingga hasilnya akan optimal setelah dipasang cincin.
Menurut Dr.dr.Dafsah Arifa Juzar, Sp.JP (K), pemasangan yang tidak optimal bisa menjadi salah satu faktor terjadinya serangan jantung pasca pemasangan cincin.
“Dari berbagai pemeriksaan sebelum pasang cincin bisa diketahui apakah kondisi otot jantung masih bagus atau tidak. Kalau otot jantung sudah rusak, pemasangan ring tidak akan optimal,” katanya dalam acara media edukasi yang diakan secara virtual oleh Heartology RS Brawijaya Jakarta (19/6/2021).
Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung
Sumbatan pembuluh darah yang terlalu banyak juga tidak direkomendasikan untuk pemasangan ring. Dokter lebih menyarankan tindakan operasi bypass.
“Jika hal ini terjadi maka diperlukan terapi tambahan agar pemasangan cincin mencapai hasil optimal. Bisa dilakukan semacam bor untuk menghilangkan kalsifikasinya,” papar dokter yang berpraktek di Heartology Brawijaya Hospital ini.
Pemasangan cincin juga tidak akan memberi perbaikan jika sudah ada kerusakan pada otot jantung.
Baca juga: Tanggapi Menkes, IDI: Biaya Pemasangan Ring Jantung di Indonesia Termurah se-ASEAN
Tindakan membuka sumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri koroner dengan pemasangan cincin bermanfaat positif bagi kualitas hidup pasien.
“Prinsip dari pemasangan cincin ini adalah menghilangkan keluhan nyeri dada serta memperbaiki performa pompa jantung. Seharusnya setelah dipasang cincin kualitas hidup akan meningkat,” katanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang lengkap untuk membantu dokter menentukan keparahan penyakit dan strategi pengobatannya.
Pemeriksaan yang dimaksud meliputi pemeriksaan EKG, pemeriksaan performa jantung dalam mengatasi beban (stress test), pemeriksaan stress echo, atau pencitraan lainnya.
Harapannya, pasien akan mendapat penanganan terbaik dan juga optimal, yang berarti berkurangnya risiko penyempitan dan komplikasi pada lokasi pemasangan ring tersebut.
Baca juga: Waspada Penyakit Jantung, Perhatikan Tanda-tanda Ini Saat Berolahraga
Kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan dokter jantung yang melakukan pemasangan ring melakukannya secara akurat. Yang terbaru adalah penggunaan alat pencitraan intravascular terkini yaitu IVUS (IntraVascular Ultrasound).
IVUS merupakan teknologi imaging dengan ultra sound untuk memberi gambaran di dalam pembuluh darah, termasuk plak dan kondisi pembuluh darah secara lebih akurat.
Sayangnya tidak semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan memiliki teknologi ini karena biayanya cukup mahal.
Heartology Brawijaya merupakan salah satu rumah sakit jantung yang menyediakan teknologi ini.
Setelah pemasangan ring pasien tetap harus menjalankan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi obat-obatan dari dokter untuk mengendalikan faktor risiko sumbatan pembuluh darah (aterosklerosi).
“Faktor risiko yang harus dikendalikan antara lain tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, kolesterol, serta kebiasaan merokok. Disarankan untuk minum obat secara rutin,” kata Dafsah
Baca juga: Waspadai Serangan Jantung pada Olahragawan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.