Menurut Linda, meskipun persoalan yang dihadapi sama, terkadang penyelesaiannya berbeda.
“Kita banyak belajar dari berbagai komunitas di negara lain. Di Filipina misalnya, komunitas kanker payudara di sana berhasil memasukkan persetujuan dari parlemen bahwa pelayanan kanker payudara menjadi prioritas pemerintah,” lanjutnya.
Melalui SEABCS 2021, diharapkan simpul-simpul masalah penanganan kanker payudara di masiing-masing negara bisa terurai dengan berbagi pengalaman.
Ning Anhar sebagai Wakil Ketua Penyelenggara menjelaskan, melalui SEABCS ini, kerja sama dengan berbagai komunitas, para ahli, dan pengambil kebijakan diharapkan akan ditingkatkan.
“Harapannya melalui SEABCS akan lahir sebuah rekomendasi yang merupakan hasil pemikiran para ahli dan peserta, yang kemudian bisa dibawa ke pembuat kebijakan masing-masing negara,” ujar Ning.
Baca juga: Terdiagnosis Kanker Payudara, Haruskah Payudara Diangkat?
Ditambahkan oleh Ketua PERABOI, dr. Walta Gautama Sp.B(K) Onk, lewat forum ini, para stakeholder bisa belajar cara pengumpulan data dan pembuatan regulasi yang berpihak pada pasien.
“Di forum SEABCS kita ingin sharing bagaimana cara mereka mendapatkan data, mengatur regulasi supaya pasien yang ditemukan kanker tahap dini tidak butuh waktu lama untuk ditangani. Apalagi soal teknik operasi kita tidak ketinggalan dengan negara lain,” katanya.
SEABCS pertama kali diadakan di Vietnam tahun 2016. Yasayan Kanker Payudara Indonesia aktif menjadi peserta sejak SEABCS ke-2 tahun 2017, serta setelahnya selalu hadir dan berpartisipasi aktif setiap tahun.
Baca juga: Waspadai, Benjolan di Ketiak Saat Haid Bisa Jadi Kanker Payudara
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.