Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Makan Tinggi Lemak Picu Risiko Kematian Jantung Mendadak

Kompas.com - 12/07/2021, 15:58 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber WebMD

KOMPAS.com - Mengonsumsi makanan tinggi lemak, makanan yang digoreng, daging olahan, dan minuman manis dapat meningkatkan risiko kematian jantung mendadak.

Hal tersebut diungkapkan oleh penelitian yang diterbitkan di Journal of American Heart Association pada 30 Juni lalu.

Kesimpulan riset ini muncul ketika para peneliti melihat pola makan lebih dari 21.000 orang berusia 45 tahun ke atas.

Penelitian yang dilakukan lebih dari 18 tahun itu juga masuk ke dalam studi Reasons for Geographic and Racial Differences in Stroke (Regards).

Baca juga: Tak Cuma Obesitas, Makanan Tinggi Lemak dan Gula Picu Nyeri Otot

Dalam penelitian tersebut, pola makan diberi nama berdasarkan pengelompokan berbagai makanan yang mendominasi pola tersebut.

Misalnya, pola makan convenience yang mengandalkan hidangan campuran seperti pasta, pizza, dan makanan khas China.

Ada pula pola makan plant based yang berisi sayuran, buah-buahan, sereal, kacang-kacangan, ikan, unggas, dan yogurt.

Sementara, pola makan sweets diisi dengan tambahan gula, makanan penutup, cokelat, permen, dan makanan manis lainnya.

Kemudian pola makan southern terdiri dari lemak tambahan, makanan yang digoreng, telur, daging olahan, jeroan, dan minuman manis.

Terakhir adalah pola makan alkohol dan salad yang memasukkan menu bir, anggur, sayuran berdaun hijau, tomat, dan saus salad

Setelah menyesuaikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi risiko, para peneliti menemukan, mereka yang makan dengan pola southern cenderung mengalami risiko kematian jantung mendadak lebih tinggi, sebesar 46 persen.

Penelitian tersebut juga menemukan, diet mediterania dikaitkan dengan risiko 26 persen lebih rendah untuk kematian jantung mendadak.

Penulis utama studi yang merupakan profesor kedokteran di University of Alabama  di Birmingham, James Shikany, DrPH mengatakan, pola makan adalah faktor yang dapat kita kendalikan untuk mengurangi risiko kematian jantung mendadak.

"Saya harap ini adalah bagian lain dari teka-teki yang akan membantu orang membuat perubahan," cetus dia.

"Jadi, alih-alih makan daging 1-2 kali sehari, sebaiknya kita menguranginya menjadi 2-3 kali seminggu, karena perubahan kecil dan bertahap itu cenderung lebih dapat bertahan," sambung dia.

Baca juga: Tinggi Lemak Vs Tinggi Protein, Mana yang Lebih Baik untuk Diet?

Di sisi lain, anggota American Heart Association’s Nutrition Committee of the Lifestyle and Cardiometabolic Health Council, Juraschek, MD, PhD menyarankan kita untuk fokus pada dua area saat hendak membuat perubahan gaya hidup.

"Kita semua harus memikirkan cara untuk meningkatkan jumlah porsi buah dan sayuran yang kita makan setiap hari," kata dia.

"Kita juga perlu mengurangi garam dengan makan lebih banyak di rumah dan menghindari produk tinggi garam lainnya," lanjut dia.

Juraschek mengatakan, hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan perbedaan dalam pola makan yang mungkin dihasilkan dari rantai pasokan, akses ke makanan sehat, dan praktik budaya.

"Akses ke buah-buahan dan sayuran yang sehat merupakan tantangan utama bagi masyarakat pedesaan dan perkotaan," kata dia lagi.

Apalagi, masyarakat dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah mungkin akan memilih makanan olahan yang sering kali lebih murah dibandingkan buah dan sayuran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WebMD


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com