KOMPAS.com - Kanker hati merupakan salah satu kanker yang paling mematikan di dunia. Di Indonesia, penyakit ini diderita oleh 21.392 orang pada tahun 2020 dan menjadi penyebab kematian karena kanker peringkat ke-4 di.
Menurut Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM, angka kematian yang tinggi terjadi karena pasien datang dengan stadium lanjut atau sudah berat.
Padahal, kemungkinan sembuh lebih besar jika kanker hati terdeteksi dan ditangani di stadium awal. Kebanyakan penderita kanker hati tidak menyadari bahwa mereka mengidap kanker ini.
Dijelaskan oleh Irsan, organ hati memiliki keunikan di mana di tengahnya tidak terdapat saraf, sehingga tidak ada rangsangan rasa nyeri. Saraf-saraf hanya ada di bagian permukaan luarnya yang disebut kapsul.
"Selama kapsulnya tidak terganggu, maka tidak akan terjadi keluhan apa-apa. Justru, jika terasa nyeri, malah mengkhawatirkan, berarti tumornya tidak kecil," ujarnya dalam acara diskusi virtual “Era Baru untuk Pasien Kanker Hati, Peran Deteksi Dini dan Terapi Inovatif Imunoterapi untuk Kesintasan Hidup Pasien," (28/9/2021).
Baca juga: Kecanduan Alkohol Meningkatkan Risiko Kanker Hati
Salah satu pasien kanker hati, Evy Rachmad juga pada awalnya tidak menyadari ada kanker dalam livernya.
Dia mengungkapkan, di tahun 2018 secara tidak sengaja ia melakukan pemeriksaan laboratorium karena ingin melakukan vaksin hepatitis.
Tak disangka, hasil pemeriksaan menyebut kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) tinggi. Ia pun tidak bisa divaksin dan dirujuk untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis.
"Dari pemeriksaan tersebut, saya divonis positif hepatitis C dan kanker hati tipe 2B," ujarnya.
Padahal, ketika itu ia merasa sangat sehat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.