Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2021, 13:07 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Her World

"Terkadang perbandingan konstan dalam pikiran inilah yang membuat kita merasa takut dihakimi jika tidak cukup baik, tidak kompeten, atau tidak disukai, dan hal ini bisa mengarah pada ketidakpuasan, harga diri rendah, kelelahan, serta suasana hati dan kecemasan yang rendah,” kata Seah.

Kendati demikian, Seah menekankan bahwa tidak semua orang mengalami ketidakpuasan, harga diri rendah, masalah suasana hati dan kecemasan itu karena ukuran setiap orang untuk menjadi "cukup baik" atau "luar biasa" berbeda.

“Kita tidak bisa menggeneralisasi apa yang dianggap sebagai kehidupan rata-rata dan apa yang tidak, karena seringkali didasarkan pada apa yang dinilai seseorang. Apa yang tampak sebagai kehidupan rata-rata bisa menjadi kehidupan yang kaya secara pribadi, dan bermakna bagi orang lain,” katanya.

Baca juga: Elon Musk dan Ambisi Masa Kecil yang Diwujudkan

Bisakah menjadi biasa saja dan tetap bahagia?

Bisa. Namun kuncinya jangan bertujuan untuk menjadi rata-rata dan biasa saja, namun tetaplah berusaha untuk menjadi baik dalam apa pun yang kita lakukan, baik itu pekerjaan atau hubungan, karena memiliki ambisi tetap penting.

Lalu pahamilah bahwa tidak apa-apa meski tidak menjadi yang terbaik dalam segala hal. Ingatlah bahwa di setiap kisah sukses, ada ratusan kisah mereka yang mencoba namun gagal.

Menjadi biasa saja bukan berarti kita gagal. Jadi, jangan kecewa jika tidak bisa menjadi seperti orang lain atau gagal menjadi wanita yang menginspirasi wanita lain. Sebab, yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Dr Games mengungkapkan bahwa pada 1950-an, psikoanalis Inggris Donald Winnicott menciptakan istilah "cukup baik" dalam konteks hubungan orang tua-anak untuk membebaskan orang tua dari belenggu cita-cita yang tidak realistis.

Karena itu, kini terapkanlah konsep "cukup baik" itu untuk hubungan, cinta, dan pekerjaan kita, alih-alih berpikir kalau diri kita tidak pernah cukup baik atau sempurna, tanpa merusak harga diri kita.

Baca juga: Ini Beda Kerja Produktif dengan Toxic Productivity

Tips untuk menangani rasa gelisah akibat eksepsionalisme

Sayangi dri sendri

Sheryne menegaskan bahwa kita harus mengakui bahwa perbandingan adalah hal yang biasa.

Sebagai manusia, kita semua ingin merasakan rasa memiliki, sehingga kita dapat terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain untuk memastikan kita tidak tertinggal terlalu jauh.

Jadi, kapan pun kita memiliki pikiran bahwa kita tidak cukup baik, kita dapat memberikan kebaikan kepada diri kita sendiri dan belajar untuk menganggap enteng pikiran-pikiran ini.

Bicara pada diri sendiri

Sesekali lakukan self-talk. Pasalnya, merenungkan kritik yang kita buat tentang diri kita sendiri dapat memengaruhi kesejahteraan kita

Dengan cara ini, kita dapat memikirkan apakah kita perlu tetap berpegang pada aturan kaku yang telah kita tetapkan untuk diri kita sendiri atau tidak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com