Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Uang atau Harta, Ada 3 Hal yang Bikin Manusia Lebih Bahagia

Kompas.com - 21/11/2021, 22:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Inc.com

KOMPAS.com - Bagi sebagian besar orang, memiliki uang yang banyak adalah sumber kebahagiaan yang selama ini dicari supaya hidup menjadi lebih sejahtera dan makmur.

Tetapi, kenyataannya, sebuah penelitian tentang pemenang lotre menemukan dengan sangat jelas, mendapatkan lebih banyak uang dan harta ternyata tidak membuat kita lebih bahagia.

"Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada akhir tahun, orang-orang kembali ke awal. Beberapa di antaranya akan merasa kurang bahagia," kata seorang profesor Harvard Medical School, Sanjiv Chopra.

Hal ini disebabkan karena fenomena psikologis yang disebut sebagai adaptasi hedonis.

Di mana, kita dapat membeli barang-barang yang indah dan mungkin mahal, namun setelah beberapa waktu memilikinya barang tersebut menjadi sesuatu yang biasa saja.

Jika kita pernah menghabiskan waktu untuk menginginkan barang atau pakaian indah dan akhirnya mendapatkannya, kita mungkin pernah mengalami adaptasi hedonis ini.

Baca juga: 7 Tips Membesarkan Anak yang Bahagia agar Sukses dalam Hidup

Pada akhirnya, kita mungkin masih menyukai pembelian, tetapi kemungkinan besar akan kehilangan kekuatannya untuk mengangkat semangat hanya karena kita telah memilikinya.

Jadi, jika uang bukanlah jawaban, lantas apa yang sebenarnya dapat membuat kita merasa bahagia?

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak beberapa hal berikut ini yang dapat membuat kita merasa lebih bahagia.

1. Tujuan dan dharma

Bagi Chopra, kebahagiaan terikat dengan gagasan dharma atau sebuah istilah yang terkadang diterjemahkan sebagai kebajikan atau jasa.

"Socrates mengatakan bahwa kebahagiaan tidak disediakan untuk penyair dan raja, tetapi dapat dicapai dengan usaha manusia," kata dia.

"Kebahagiaan dan kebajikan itu sangat terkait erat," lanjut dia.

Orang Yunani kuno sebenarnya tidak menggunakan kata kebahagiaan. Mereka menggunakan istilah yang disebut eudaimonia.

Eudaimonia secara harfiah diterjemahkan berarti manusia berkembang.

Idenya adalah bahwa manusia bahagia ketika mereka berkembang dan dapat memenuhi tujuan mereka untuk melakukan sesuatu yang bermakna di dunia.

Chopra pun menceritakan bagaimana dia menemukan dharmanya sendiri ketika dia masih di sekolah menengah di New Delhi, dan tiba-tiba menjadi buta.

Ayahnya, seorang dokter, secara ajaib mendiagnosis satu dari sejuta reaksi merugikan terhadap suntikan tetanus yang dialami Chopra dua minggu sebelumnya.

Lebih menakjubkan lagi, sang ayah membuat diagnosis ini melalui telepon dari jarak 112 km.

Baca juga: 10 Cara agar Lebih Bahagia meski Sendiri

Dia mengatakan kepada dokter yang menangani Chopra untuk segera memberikan dosis besar kortikosteroid yang mengembalikan pengelihatan Chopra dalam waktu delapan jam.

"Saat itulah saya memutuskan dharma saya adalah menjadi dokter," kata dia.

2. Memberi

Dalam penelitian tentang pemenang lotre, ada satu kelompok yang tampaknya memeroleh kebahagiaan abadi karena memberikan sebagian uangnya untuk amal.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dan Kemanusiaan Albert Schweitzer pun membuat pengamatan yang sama.

"Saya tidak tahu apa takdir kita, tetapi satu hal yang saya yakini bahwa orang-orang yang benar-benar bahagia adalah mereka yang telah mencari dan menemukan cara untuk melayani," kata dia.

Eksperimen yang menarik tampaknya mendukung pemikiran ini.

Para mahasiswa diberi sejumlah kecil uang dan beberapa disuruh membelanjakannya untuk sesuatu yang mereka inginkan, sementara yang lain disuruh membelanjakannya untuk orang lain.

Baca juga: 5 Cara Bersyukur untuk Meningkatkan Kesehatan

Pada akhirnya, mereka yang menghabiskannya untuk orang lain merasa jauh lebih bahagia.

3. Bersyukur

"Penelitian telah menunjukkan, jika kita mengungkapkan rasa syukur secara teratur, kita merasa bahagia, lebih kreatif, dan lebih puas terhadap kehidupan," ungkap Chopra.

Di samping itu, selalu bersyukur juga mungkin dapat membuat kita hidup sepuluh tahun lebih lama.

Studi mengenai anak kembar menunjukkan bahwa 50 persen kebahagiaan kita ditentukan oleh genetika kita.

Tetapi, Chopra mengungkapkan, 50 persen genetik yang disebut  sebagai "titik setel" dapat ditingkatkan.

Caranya melalui hal-hal seperti olahraga teratur, terapi kognitif perilaku, meditasi dan dengan mengungkapkan rasa syukur secara teratur.

"Robert Emmons yang dikenal sebagai pemimpin gerakan psikologi positif mengatakan, kebahagiaan dapat ditingkatkan melalui latihan reguler untuk mengungkapkan rasa syukur," ujar dia.

"Itu mungkin alasan yang cukup untuk mencoba merasa bersyukur setiap hari," tambah dia.

Hebatnya, rasa syukur juga terbukti dapat bekerja sebagai obat penghilang rasa sakit yang efektif ketika kita sakit.

Jadi, apabila kita tidak menerima saran Chopra lainnya, cobalah untuk berlatih bersyukur.

Perubahan yang terjadi pada pandangan dan suasana hati kita mungkin mengejutkan dan itu pasti akan membuat kita merasa lebih bahagia daripada memiliki banyak uang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com