Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2021, 17:00 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian Omicron yang merupakan mutasi terbaru dari Covid-19 kini sedang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penelitian tengah dilakukan pada virus ini untuk memastikan bahayanya dibandingkan varian lain.

Varian Omicron dilaporkan memiliki gejala yang lebih ringan, termasuk tidak ada tanda kehilangan indera penciuman dan perasa pada pasiennya.

Namun, banyak yang menduga penyebarannya bisa lebih cepat, bahkan dibandingkan varian Delta.

Hal ini tentunya membuat banyak orang kembali khawatir mengenai pandemi yang kondisinya tak juga mereda.

Baca juga: 5 Fakta Penting soal Mutasi Terbaru Covid-19, Varian Omicron

Terlebih lagi, sejumlah negara sudah mulai mengendurkan aturannya terkait soal pandemi termasuk mengizinkan aktivitas perkantoran dan tatap muka di sekolah.

Dikutip dari akun edukasi kesehatan, @pandemictalks, varian baru disebut karena virus mendapatkan peluang untuk bermutasi ketika berkembang biak.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pandemic Talks (@pandemictalks)

Peluang terbentuknya mutasi semakin meningkat setiap virus berpindah inang.

Satu-satunya cara melawan mutasi yakni dengan cara meminimalisasi peluang tersebut.

Hal ini bisa dilakukan dengan memutus mata rantai dan penularan virus di antara makhluk hidup.

"Virus memang kodratnya untuk terus mengalami mutasi tiap berkembang biak di dalam tubuh makhluk hidup."

"Ada varian baru menunjukkan masih ada banyak penularan di masyarakat," kata ahli penyakit dalam, RA Adaninggar,dr,SpPD yang juga inisiator Pandemic Talks.

Pencegahan terbaik untuk melindungi diri dari varian Omicron bisa dilakukan dengan tetap disiplin melakukan protokol kesehatan.

Baca juga: Hadapi Varian Omicron, Sri Mulyani: RI Punya Bekal Kuat

Termasuk, menjalankan prinsip 5M seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Selain itu, masyarakat juga diajak untuk ikut serta dalam upaya 3T berupa tes Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien Covid-19 (treatment).

Dokter Adaninggar juga menyampaikan pemerataan vaksinasi juga bisa menjadi cara mengurangi risiko terjadinya mutasi.

Meski belum diketahui efektivitasnya menghadapi varian Omicron, WHO menyatakan vaksinasi dapat menekan risiko pemburukan akibat infeksi Covid.

"Balik lagi jangan kendor protkes, jaga kesehatan, dan ayo vaksin," ujar Adaninggar, seperti dikutip dari media sosialnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by RA Adaninggar,dr,SpPD (@drningz)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com