KOMPAS.com - Varian Omicron, yang merujuk pada mutasi terbaru Covid-19, kini sedang menjadi buah bibir masyarakat dunia.
Istilah ini jadi kata kunci untuk berbagai pencarian internet dalam beberapa hari belakangan.
Semua orang memakainya untuk mendiskusikan perkembangan terbaru pandemi corona dan kondisi krisis kesehatan yang saat ini dihadapi.
Omicron memang tergolong istilah yang asing bagi telinga banyak orang, apalagi jika dibandingkan nama varian Covid-19 lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menggunakan istilah alpha, beta, gamma dan delta untuk mengidentifikasi mutasi virus corona yang tengah menyebar.
Istilah tersebut dipakai karena dianggap bisa mempermudah pemahaman publik, dibandingkan kode angka dan huruf rumit yang biasa merujuk pada jenis virus yang dimaksud.
Baca juga: Tangkal Varian Omicron, Moderna Siap Luncurkan Vaksin Baru Awal 2022
Selain itu, publik juga kerap memberikan nama pada mutasi virus corona terbaru sesuai dengan nama lokasi identifikasinya.
Misalnya saja mutasi Inggris atau India yang dapat memicu stigma negatif pada orang dari negara tersebut.
Cara penyebutan ini juga dapat menyebabkan misinformasi sekaligus ketidakakuratan.
"Istilah berdasarkan lokasi itu bukan cara penyebutan yang benar," kata Dr. Waleed Javaid, profesor penyakit menular dan obat-obatan dan Direktur Pengendalian Infeksi di RS Mount Sinai di New York, AS.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.