Oleh: Fauzi Ramadhan & Ikko Anata
Coba ingat, ketika sewaktu sekolah dulu, pernahkah kalian menemukan teman laki-laki yang sering bergonta-ganti pacar?
Setiap bulan, atau bahkan dalam hitungan hari, mereka dengan mudahnya berpindah hati dan menebar pesona ke kaum wanita, layaknya kelinci yang melompat sesuka hati.
Maka dari itu, panggilan yang sering disematkan ke mereka adalah “playboy”. Cambridge Dictionary mendefinisikan playboy sebagai suatu gaya hidup pria kaya yang menghabiskan waktu dan uangnya untuk barang-barang mahal dan hidup penuh kenikmatan.
Kendati demikian, seorang playboy tidak melulu muncul dari kalangan atas seperti yang didefinisikan ini.
Pria playboy terkenal dengan kepiawaiannya mendekati wanita. Seorang pria playboy yang cukup terkenal adalah Rick Williams. Ia senang mengencani banyak wanita dengan dalih sebagai fotografer.
Kisah Williams ini diangkat dalam seri audio drama bertajuk “Rick Williams: Playboy Bernasib Tragis” dalam siniar (podcast) Tinggal Nama.
Dalam buku The Last Playboy: The High Life of Porfirio Rubirosa oleh Shawn Anthony Levi, pada awalnya, istilah playboy ditujukan kepada laki-laki pemeran dalam pertunjukkan teater pada abad ke-18. Waktu demi waktu berlalu, istilah ini berkembang hingga pada akhirnya merujuk seperti yang didefinisikan di atas.
Istilah ini kian populer digunakan pada abad ke-20, terlebih dengan adanya sosok Porfirio Rubirosa. Dengan jabatan sebagai diplomat internasional, penasihat politik, dan pemain polo profesional, bukanlah hal yang sulit bagi pria kelahiran 1909 itu untuk mendekati kaum wanita, sekalipun yang kaya.
Dikutip dari Kompas Internasional, Rubirosa sering dikatakan memiliki hubungan romantis dengan banyak perempuan terkenal, seperti Dolores del Río, Eartha Kitt, Ava Gardner, bahkan sampai Marilyn Monroe.
Baca juga: Sering Dilupakan, Inilah Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan
Dengan tingginya rasa percaya diri dan pesona yang memukau, Rubirosa bahkan mampu mendekati putri dari Rafael Trujillo, seorang diktator asal Republik Dominika. Selain itu, kedekatannya dengan diktator tersebut membuat ia memiliki banyak akses terhadap orang kelas atas hingga pada akhirnya menjabat sebagai diplomat pada 1936.
Trujillo bahkan pernah memuji kepiawaian Rubirosa dalam mendekati perempuan, “Dia bagus dalam pekerjaannya, karena wanita menyukainya dan dia pembohong yang hebat.”
Akan tetapi, gaya hidup hedon ini nyatanya memiliki dampak buruk dari segi psikologis, seperti yang dijelaskan dalam Washington Post.
Disebutkan dalam artikel tersebut bahwa kalangan psikolog telah menelaah data selama 10 tahun dari 20.000 pria yang menunjukkan kecenderungan untuk memiliki kuasa atas wanita dan menjalani perilaku gaya hidup playboy.
Hasilnya, ditemukan bahwa pria yang menjalani gaya hidup playboy berisiko mengalami depresi, stres, penyalahgunaan obat/zat, isu mental tentang rupa tubuh, sampai disfungsi sosial.