Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan yang Sering Bikin Salah Paham dengan Pasangan

Kompas.com - 27/03/2022, 20:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

 

2. Berasumsi sudah tahu apa yang dibutuhkan pasangan

Meskipun di masa pacaran kita mungkin sudah mulai sedikit tahu siapa pasangan kita sebenarnya, kita tidak boleh mengevaluasi kembali kebutuhan dan keinginannya, serta nilai-nilai dan cita-cita dasar pasangan.

"Ketika kita pertama kali jatuh cinta, kita akan menonjolkan yang positif dan menghilangkan yang negatif," kata Seltzer.

Sebenarnya sudah menjadi hal yang lumrah jika dalam sebuah hubungan romantis kita akan cukup selektif untuk memberikan informasi tentang kita.

Sebab, kita hanya ingin menunjukkan segala hal yang positif atau mungkin menjadi pasangan yang didambakan.

"Faktanya, kita semua ingin terlihat istimewa dan hal itu biasanya mendorong kita untuk menghadirkan versi diri kita yang yang lebih ideal tanpa memunculkan kesan yang buruk," ungkapnya.

"Dan begitu hal buruk muncul karena kita telah berasumsi pasangan kita itu baik-baik saja atau ideal, maka perasaan kecewa bisa muncul dan secara serius merusak realitas dalam hubungan," kata dia.

3. Menganggap pasangan akan berperilaku sama

Saat kita berpikir kita dapat memahami tindakan pasangan dengan menyamakannya dengan apa yang kita lakukan, maka kita cenderung menipu diri sendiri.

Kecuali, jika kita adalah profesional kesehatan mental yang berpengalaman atau memiliki intuisi yang luar biasa, kita mungkin dapat memahami perilaku dan reaksi pasangan kita.

Baca juga: 7 Tanda Pasangan Mungkin Sedang Naksir Orang Lain

Artinya, kita dapat memproyeksikan motif-motif perilakunya sejalan dengan kesukaan dan kebiasaan kita sendiri.

Namun, menurut Seltzer, banyak orang yang dengan ketidaktahuannya justru mengabaikan fakta sederhana bahwa tidak ada dua orang yang benar-benar identik atau memiliki pemikiran yang sama.

"Seperti yang telah saya tekankan dalam membahas banyak cara biologi dan biografi pasangan, kita dapat sangat berbeda dari kita sendiri," kata dia.

"Sehingga, membuat asumsi yang fasih tentang keakuratan persepsi kita dapat dengan mudah membawa sial dalam hubungan kita," ujar dia.

Itulah sebabnya banyak buku self-help yang berkaitan dengan perselisihan perkawinan menekankan perlunya melakukan verifikasi dengan pasangan kita anggapan kita tentang motif perilaku pasangan.

Bahkan jika pasangan kita tidak dapat, atau tidak mau, mengakui tujuan sebenarnya di balik perilakunya, tetap yang terbaik adalah berdiskusi dengannya tanpa bersikeras bahwa dia tidak jujur.

Baca juga: 3 Tips Membangun yang Memuaskan dengan Pasangan, Mau Tahu?

Selain itu, jika kita telah mengembangkan bias negatif terhadap pasangan kita, kita mungkin salah memahami apa yang dia katakan, salah menafsirkan maksudnya, dan menjadi jengkel karenanya.

"Pada akhirnya, mendapatkan kejelasan yang lebih besar tentang situasi apa pun dengan pasangan kita adalah hal yang diperlukan," saran Seltzer.

"Dan itu tidak bisa terjadi kecuali — dengan tegas dan empatik — kita tetap berpikiran terbuka dan mengundang pasangan untuk memberi kita reaksinya (yang tentunya berbeda dengan kita," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com