KOMPAS.com - Jutaan orang di sejumlah negara memiliki kesempatan untuk melihat gerhana bulan total atau blood moon pada 15 Mei UT (Universal Time) atau 16 Mei di belahan negara lain.
Gerhana bulan ini mengacu pada fenomena astronomis yang mana bulan purnama bergerak ke bayangan bumi yang dipantulkan oleh matahari.
Dalam beberapa saat, bulan menjadi gelap serta memiliki rona kemerahan sehingga kerap disebut blood moon.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan, fenomena langit ini tidak bisa diamati di Indonesia, lantaran posisi bulan sudah berada di ufuk.
Namun, sejumlah negara seperti di Amerika Serikat, Antartika, Eropa, Afrika, sampai kawasan Pasific bisa menikmati keindahan fenomena astronomis tersebut.
Baca juga: Gerhana Bulan Total Besok, Bisakah Diamati dari Indonesia?
Selama bertahun-tahun, baik gerhana matahari atau bulan sering dikaitkan dengan mitos dan legenda populer di seluruh dunia.
Tak jarang, mitos tersebut kabarnya berkaitan dengan sejumlah pantangan yang berkaitan dengan kondisi kesehatan.
Melansir NDTV, Senin (16/5/2022), berikut sejumlah mitos seputar gerhana bulan total atau blood moon di seluruh dunia.
Di India dan beberapa budaya lain ada mitos terkait gerhana bulan yang mana orang-orang dilarang untuk makan.
Perlu diketahui, mitos tersebut sama sekali tak ada bukti ilmiah yang memperkuat anggapan itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.