Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2022, 08:41 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Eat This

Kemudian, otak akan mengirimkan sinyal pada beberapa organ tubuh untuk mensintesis dan melepaskan hormon yang meningkatkan jumlah glukosa dalam aliran darah.

Efek yang disebut respons kontra-regulasi glukosa ini membuat tubuh kita meningkatkan produksi hormon glukagon yang secara langsung memberi sinyal konversi glikogen yang disimpan menjadi glukosa.

Adapun peningkatan hormon stres seperti epinefrin dan kortisol (hormon yang memicu rasa lapar dan menarik lipid dari aliran darah untuk disimpan dalam sel lemak).

Hormon stres ini dilepaskan dalam segala macam situasi stres, bukan hanya ketika kadar glukosa darah rendah.

Baca juga: Makanan Manis Bisa Bikin Kita Lapar Terus Lho. Apa Sebabnya?

9. Kekurangan bahan pembangun hormon

Meskipun otak menggunakan banyak hormon untuk mengurangi rasa lapar, tubuh kemungkinan tidak memiliki bahan pembangun (building block) yang tepat untuk membuat hormon tersebut.

Nutrisi pada makanan seperti tirosin, triptofan, dan kolin menyediakan bahan pembangun untuk neurotransmiter pengatur suasana hati tertentu.

Artinya, untuk memproduksi hormon yang mengatur suasana hati, kita memerlukan nutrisi tirosin, triptofan, dan kolin yang sudah disebutkan dari makanan.

Kolin adalah nutrisi yang ditemukan di kuning telur. Fungsi nutrisi ini yaitu mensintesis neurotransmitter asetilkolin yang berperan penting dalam gairah, perhatian, motivasi, dan aktivasi otot.

Tingkat tirosin yang tinggi memungkinkan neuron untuk memproduksi dopamin, sedangkan triptofan adalah prekursor untuk neurotransmitter serotonin.

Kadar serotonin yang rendah di dalam tubuh dikaitkan dengan perilaku agresif.

10. Tidak makan dengan benar

Tubuh kita layaknya sebuah kendaraan yang memerlukan bahan bakar yang tepat untuk bertahan hidup dan bekerja efisien.

Apabila kita memasukkan "bahan bakar" yang keliru ke dalam tubuh --seperti gula rafinasi dan karbohidrat olahan, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang tepat untuk berfungsi sebagaimana mestinya.

Jika kita sering mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan, tubuh kemungkinan besar akan kekurangan antioksidan dan fitonutrien yang membantu tubuh membersihkan diri dari zat-zat beracun.

Antioksidan dan fitonutrien ini bisa didapat dari konsumsi buah-buahan dan sayuran.

Saat pencernaan kita berhenti, tubuh memasuki periode pembersihan, di mana jaringan tubuh melepaskan zat beracun untuk dibuang.

Tanpa adanya antioksidan penangkal radikal bebas, sel-sel tubuh akan menyimpan zat beracun itu, tidak dibuang.

Sebuah studi dalam Nutrition Journal menemukan, individu yang menjalani diet rendah nutrisi lebih mungkin merasa lapar setelah makan dan lebih mudah tersinggung saat lapar.

Hasil ini dibandingkan dengan mereka yang menerapkan diet tinggi nutrisi.

Baca juga: Mengenali Rasa Lapar yang Timbul karena Emosi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com