Bekerja di bawah atasan lone wolf sebenarnya punya sisi baik karena mereka punya etos kerja yang kuat dan mengargai ketegasan dalam tim.
Sayangnya, atasan seperti ini sering mengubah rencana ketika injury time sehingga menciptakan ketegangan di timnya.
Baca juga: Tidak Bahagia dalam Bekerja, Bolehkah Curhat kepada Atasan?
Karyawan bisa mendapat keuntungan dari usaha atasan untuk menyenangkan orang lain agar berpihak pada mereka.
Tetapi, tipe atasan itu sebenarnya berbahaya karena mereka percaya kemajuan berarti memberi orang lain apa yang diinginkan.
Bahkan ketika pertanggungjawaban sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan di dalam tim.
Mereka akan membuat banyak komitmen verbal, tetapi tidak membuat perubahan yang nyata.
Di sisi lain, atasan yang dianggap bersikap baik mungkin saja berkuasa dengan empati yang merusak.
Hal itu dikatakan oleh penulis "Radical Candor: Be a Kick-Ass Boss Without Losing Your Humanity”, Kim Scott.
Menurutnya, tipe atasan tersebut menstigmakan menjadi baik diprioritaskan dengan mengorbankan kritik demi meningkatkan kinerja.
Tipe atasan ini bisa menjadi pemimpin yang tidak efektif jika setiap wawasan dan keputusan harus didukung oleh data atau pola.
Jika karyawan dituntut menggunakan data untuk membuat setiap keputusan, mereka tidak dapat membuat rencana jangka panjang.
“Orang yang terobsesi dengan data tidak memiliki rencana jangka panjang,” kata Hogan.
“Semuanya adalah keputusan jangka pendek, berdasarkan angka, yang berarti Anda tidak akan pernah berakhir dengan sebuah visi.”
Baca juga: Cara Mengenali Calon Bos yang Buruk dari Sesi Wawancara Kerja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.