Anak yang mempunyai kekuatan fisik atau atletis dapat melakukan bullying karena kekuatan mereka atas siswa yang lebih lemah atau lebih kecil.
Baca juga: “Mom Shaming”, Perundungan Sesama Ibu
Terkadang, perundungan bisa menjadi manifestasi dari status sosial.
Anak yang populer di sekolah sering mengejek anak yang kurang populer melalui perilaku agresi relasional.
Popularitas juga bisa membuat anak menyebarkan gosip yang buruk, serta mengucilkan siswa lain.
Sedangkan, anak yang ingin meningkatkan status sosial di sekolah atau meraih kekuatan sosial dapat menjadi perundung demi mendapatkan perhatian.
Kemungkinan besar, anak seperti ini menganiaya siswa lain dengan tujuan agar memperburuk status sosial korbannya.
Beberapa remaja yang pernah menjadi korban perundungan terkadang mencari cara untuk membalas dendam.
Anak-anak yang awalnya merupakan korban perundungan ini seolah mendapat pembenaran dalam tindakan mereka merundung siswa lain, karena mereka juga pernah dianiaya dan disiksa.
Ketika mereka merundung siswa lain, mereka merasakan kelegaan dan pembenaran atas apa yang mereka alami.
Terkadang, anak-anak ini menargetkan siswa yang lebih lemah atau lebih rentan dari mereka.
Tidak menutup kemungkinan, mereka akan membalas dendam pada anak atau siswa yang pernah menindas mereka.
Remaja yang kerap menyaksikan agresi dan kekerasan di rumah cenderung melakukan bullying.
Anak juga bisa menjadi pelaku perundungan karena orangtua yang permisif.
Merundung siswa lain akan memberikan mereka kekuatan dan kontrol, yang kurang didapatkan dalam kehidupan mereka.
Selain itu, anak dengan harga diri rendah dapat merundung temannya sebagai cara untuk menutupi rendah diri.
Baca juga: Pernah Punya Berat Badan 107 Kilogram, Ini Perjuangan Edsa Lawan Perundungan...