Orang dengan gangguan fetish hanya terangsang secara seksual dan orgasme jika menggunakan objeknya.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan mereka merasa malu karena tertekan akibat ketidakmampuan terangsang tanpa objek yang dipuja itu..
Menurut DSM-5, ada sejumlah kriteria diagnostik untuk gangguan tersebut. Berikut di antaranya:
Dilansir dari LM Psikologi UGM, sebenarnya belum ada penyebab yang pasti di balik munculnya gangguan fetish.
Namun, ada dua teori yang kemungkinan mendasari kemunculannya yakni perspektif psikoanalisis dan faktor behavioral.
Perspektif psikoanalisis merupakan penyimpangan dari yang normal dan berkaitan dengan distori paranoid pada gambaran awal orangtua, terutama ibu.
Baca juga: Dokter Kejiwaan Sebut Fetish Bukan Penyakit
Sementara faktor behavioral menjelaskan, anak menjadi pengamat perilaku seksual tidak pantas dan mereka belajar meniru perilaku ini ke depannya.
Selain keduanya, fetish bisa terbentuk ketika orang mengasosiasikan sebuah objek dengan gairah seksual.
Itu bisa terjadi apabila objek secara berturut-turut hadir sebelum adanya sexual arousal -disfungsi seksual.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.