Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Selingkuh Itu Wajar atau Termasuk Gangguan Mental?

Kompas.com - 16/09/2022, 21:07 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Menurut pakar, membalas dendam dengan perlakuan yang sama, itu artinya sama saja merusak hubungan pernikahan.

Hal itu tidak akan memperbaiki apapun, justru yang ada masalah dalam hubungan menjadi semakin rumit dan sulit menemukan titik terangnya.

2. Selingkuh meski tanpa hubungan seks

Esensi dari perselingkuhan sebenarnya adalah sebuah pengkhianatan, dilakukan secara tersembunyi dan perasaan cinta diberikan untuk orang lain, bukan pada pasangan.

Sehingga dapat diartikan seperti apapun bentuknya, itu sama saja seperti mempertaruhkan pernikahan dan berkompromi dengan perselingkuhan.

3. Perselingkuhan karena merasa hubungan pernikahan sudah berakhir

Selama hakim di persidangan belum ketuk palu tentang hubungan pernikahan, perselingkuhan yang didasari dengan anggapan bahwa "pernikahan sudah berakhir" adalah bukan keputusan yang tepat.

Menurut pakar psikologi, hal tersebut tidak dapat dibenarkan sebagai perselingkuhan yang wajar.

Sebab dalam sebuah pernikahan, ada yang namanya janji sehidup semati dalam situasi apapun. Sehingga tidak ada alasan yang membenarkan ketika berpaling ke lain hati.

Lebih baik, mulailah hubungan yang baru ketika hubungan pernikahan benar-benar berakhir.

Baca juga: Bedakan, Kedekatan Platonis dengan Selingkuh Emosional 

Selingkuh termasuk ke dalam gangguan mental?

Mungkin banyak orang bertanya, apakah selingkuh dapat dikategorikan sebagai gangguan mental?

Menurut laman Very Well Health, rupanya selingkuh masuk ke dalam kategori tersebut.

Hal itu merujuk pada faktor risiko penyebab orang selingkuh yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Berikut sejumlah alasan selingkuh termasuk gangguan mental

Akibat pengalaman masa kecil

Beberapa penyebab selingkuh akibat pengalaman masa kecil adalah trauma di masa kanak-kanak.

Dalam hal ini, anak-anak yang memiliki riwayat trauma pada masa kecilnya seperti pelecehan, pengabaian secara fisik dan emosional, dikaitkan risiko tinggi orang tersebut akan selingkuh pada saat dewasa.

Sebuah studi di tahun 2015 juga menemukan fakta bahwa anak-anak yang mengalami dan melihat kasus perselingkuhan dari orangtuanya juga memiliki risiko yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com