Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Hindari Hal Ini saat Teman Punya Isu Kesehatan Mental

Kompas.com - 27/09/2022, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Riski Monika dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Saat teman memiliki masalah atau dihadapkan dengan kesulitan, sudah seharusnya kita membantu mereka. Bantuan berupa kehadiran tentu sangat mereka butuhkan.

Ketika orang terdekat mengalami gangguan kesehatan mental, sulit mengetahui apa yang harus kita lakukan. Tak peduli seberapa baik niat kita, ada beberapa saran atau komentar yang rentan disalahartikan oleh mereka.

Suchi, Teman Manusia Asa, menceritakan pengalamannya saat menghadapi teman yang merupakan penyintas gangguan mental dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Kalau Bestie Punya Mental Health Issue”. Meski awalnya sulit, Suchi tetap memberikan dukungan pada temannya untuk melewati semua itu.

Suchi mengatakan, isu kesehatan mental itu memiliki beragam bentuk, misalnya gangguan kecemasan, serangan panik secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, atau gangguan kecemasan sosial berupa takut luar biasa jika berinteraksi dengan orang lain.

“Biasanya orang dengan gangguan kecemasan akan sulit berkonsentrasi dan tidak bisa merasa santa,” ujarnya.

Dirinya menyadari kesulitan yang dihadapi saat membantu teman dengan gangguan kesehatan mental. Namun, Suchi menyadari jika kehadirannya bisa membantu temannya untuk memulihkan dirinya kembali.

Baca juga: Support System versi Aku

Akan tetapi, kita tetap tak boleh sembarangan untuk membantu teman yang sedang mengalami gangguan mental. Ada beberapa hal yang harus dihindari saat membantu mereka.

Membandingkan Kesulitannya dengan Orang Lain

“Si A kehilangan pekerjaan dan didiagnosis menderita kanker, kesulitanmu saat ini masih mudah dilewati dibanding kesulitan dia” ungkapan seperti itu terasa menyakitkan ketika didengar oleh teman yang sedang berjuang dengan hidupnya.

Bagi orang yang belum pernah mengalami penyakit mental, mungkin sulit memahami bahwa penyakit mental lainnya kerap tidak memiliki pemicu sama sekali.

Ketika membandingkan masalah orang lain, kita berisiko meremehkan pengalaman mereka. Sementara itu, pernyataan “ada yang jauh lebih sulit” dapat memperburuk perasaannya.

Menganggap Seseorang Hidup dengan Kebahagiaan

Meskipun seseorang tampak memiliki semuanya, depresi dapat mempengaruhi siapa saja, bahkan orang kaya dan terkenal. Sebut saja Nicki Minaj, Demi Lovato, Lady Gaga, Miley Cyrus, dan banyak lagi yang telah membuka diri tentang penyakit mental mereka.

Kenyataannya banyak orang menyembunyikan penyakit mental mereka di balik wajah bahagianya. Beberapa mungkin merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya atau mereka melakukan itu untuk mekanisme koping.

Untuk alasan apa pun, jangan beri tahu seseorang bahwa mereka tampak "baik-baik saja" hanya karena mereka menertawakan lelucon kita.

Memaksakan Keadaan menjadi Positif

Menyarankan seseorang jika mereka bisa mengobati penyakit mental dengan penyesuaian sikap sederhana, seperti membawa semua hal ke arah positif sangatlah tidak realistis. Hal ini sama saja seperti menyuruh seseorang dengan diabetes untuk memikirkan pikiran bahagia daripada memberi insulin atau melakukan perawatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com