Oleh: Alifia Riski Monika dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Musim hujan menjadi salah satu faktor meningkatnya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sebab, di musim inilah banyak genangan air tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue.
Sebagai orangtua, tentu hal ini menjadi perhatian khusus pada si kecil, terlebih untuk anak yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan 3M, menguras atau membersihkan tempat genangan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali barang bekas.
Penanganan yang tidak tepat pada penderita DBD akan membuat gejalanya semakin parah. Hal ini juga disampaikan Anna, host siniar Obrolan Meja Makan dalam episode “Gejala DBD pada Bayi”.
Anna mengatakan, bayi dan ibu hami rentan terkena DBD. Gejala umum yang dirasakan si kecil biasanya rewel, nyeri sendi, ruam kulit, mual muntah bahkan disertai darah. Orangtua bisa memakaikan baju yang nyaman, dan berikan makanan yang mudah dicerna.
“Hindari pemberian ibrupofen dan aspirin pada bayi yang terkena DBD,” ungkapnya.
Dokter spesialis anak FK-KMK UGM, dr. Eggi Arguni mengatakan, DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang suka hidup di tempat-tempat gelap, di tempat banyak baju kotor digantung, serta di genangan-genangan air bersih.
Ketika nyamuk aedes menggigit seseorang yang telah terinfeksi virus dengue, nyamuk tersebut dapat menjadi pembawa virus tersebut.
Baca juga: Hindari Hal Ini saat Teman Punya Isu Kesehatan Mental
Jika nyamuk ini menggigigt orang lain, orang tersebut dapat terinfeksi virus dengue dan kemudian bisa sakit demam berdarah. Meskipun begitu, virus ini tidak dapat menyebar langsung dari orang ke orang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.