Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Margareta Astaman
Eksportir buah

Editor dan konsultan untuk media dan konten digital. Aktif ngeblog di margarita.web.id, celotehannya sudah berbuah 6 buku. Kini menggeluti ekspor buah tropis Indonesia. Pernah divonis santet. Yang nggak sependapat tolong komunikasi dulu sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Be Kind, Save Money: Matematika Kebaikan

Kompas.com - 11/10/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berapa harga sebuah kebaikan?
Bagaimana caranya membeli cinta?
Bisakah bertransaksi ketulusan?

Tidak ada uang yang sepadan dengan sebuah kebaikan, demikian kata orang miskin. Jargon klise. Kita kan nggak bisa menghitung kebaikan… oh, ya?

Sebagai bagian dari rakyat jelata yang tentunya mempercayai jargon itu, saya akan mencoba menunjukkan bahwa kebaikan bisa dikuantifikasi dalam takaran nilai yang biasanya itung-itungan banget: bisnis.

Dalam bisnis, ada beberapa jenis modal yang mulai diakui. Modal uang yang nomor satu tentunya. Modal kemampuan atau kepintaran serta modal sosial atau network.

Ketika kami memulai Javafresh, usaha ekspor buah segar asli Indonesia, kami tidak punya tiga-tiganya. Modal kami relatif minim cenderung Senin-Kamis untuk sebuah bisnis agrikultur.

Kemampuan? Tanpa pengalaman ekspor dan pertanian sama sekali, sudah halus kalau dibilang kami bodoh banget.

Modal sosial juga surem. Untuk melamar magang di perusahaan ekspor lain saja nggak punya koneksi. Masuk desa dikira mahasiswa KKN.

Jadi kami pilih menguatkan modal yang lain: We invest in kindness. Tentu saja kami diketawain dan dikasihani orang banyak.

Tapi delapan tahun sudah umur kami dan boleh jadi ini adalah bukti bahwa kebaikan itu sudah balik modal dalam bentuk yang lain.

Kayak apa tuh bentuk investasinya?

Ketika dulu saya bekerja di sebuah loyalty agency, saya mengenal istilah Cost Per Acquistion (CPA) dan Cost of Retainer.

CPA itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk menarik satu orang menjadi konsumen suatu produk. Bentuknya bisa iklan, bisa promo penjualan bisa bagi-bagi sampel. Ibaratnya pacaran, ini biaya PDKT.

Cost of retainer adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan satu orang tetap mengonsumsi produk tersebut. Ini biaya pacarannya.

Bentuknya bisa bentuk poin loyalty supaya jadi juragan dan anak sultan serta komunikasi data marketing yang seolah ngerti perasaan kamu banget hari ini.

Kedua biaya ini besar, dan biasanya dikuantifikasi lewat hitungan njilmet sarjana matematika yang memastikan bahwa berapapun biaya yang dikeluarkan, bisa balik modal dalam jangka waktu tertentu lewat keuntungan penjualan produk.

Termasuk di dalamnya ada gaji rekan-rekan yang bertugas membungkus itungan njlimet itu ke dalam program-program tadi.

Dalam pertanian, biaya ini mirip dengan farmer’s acquisition and retainer cost. Sebuah biaya untuk menjaring petani agar mau menanam produk sesuai dengan kriteria dan kualitas yang diinginkan lalu menjualnya pada perusahaan.

Ada beberapa cara untuk melakukan ini, seperti memodali bibit dan pupuk, membentuk tim penyuluh, atau memberi uang tanam.

Karena petani Indonesia banyakan mikro lahannya cuma sehektaran, biaya ini jadi besar banget. Belum lagi bayar pengawas yang perlu memastikan petani melakukan yang diharapkan perusahaan.

Biaya akuisisi kami di awal usaha adalah uang bensin mobil kami ketika berkeliling desa ke desa, membuat penyuluhan yang bercerita tentang bagaimana buah yang selama ini dilepeh-lepeh bisa bawa nama masing-masing petani, bahkan nama bangsa dengan sistem ketelusuran dan takaran kualitas yang harus disepakati bersama.

Kami menggunakan ekosistem yang sudah ada untuk bekerja dengan sistem baru. Kami percaya jika petani punya kebanggaan terhadap produk, maka mereka akan mau berinvestasi merawat kebun, melakukan SOP. Biaya pengawasan atau bayar di depan tidak diperlukan lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com