Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Crowd Crush Vs Stampede serta Cara Mengenali Risikonya

Kompas.com - 06/11/2022, 10:22 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Istilah crowd crush dan stampede menghiasi media sosial berkaitan dengan tragedi keramaian yang terjadi beberapa waktu belakangan.

Keduanya dipakai untuk menggambarkan kondisi kerumunan yang terlalu padat sehingga akhirnya berbahaya hingga mengancam nyawa.

Namun sebenarnya, terdapat perbedaan antara crowd crush dan stampede, begitu pula cara menghadapinya.

Baca juga: 17 Insiden Kerumunan Massa yang Paling Banyak Menelan Korban 30 Tahun Terakhir

Crowd crush vs stampede

Stampede adalah kondisi ketika orang memiliki ruang untuk berlari atau berjalan dengan tergesa-gesa.

Gerakan sporadis ini yang lalu menempatkan orang-orang tersebut dalam bahaya.

Sementara itu, crowd crush adalah kondisi ketika orang-orang hanya memiliki sedikit ruang untuk bergerak —jika ada ruang sama sekali—dan mereka kemungkinan akan terjepit bersama.

“Dalam sebagian besar skenario crowd crush ini, gerakan yang sangat, sangat lambat yang menyebabkan masalah,” Michael Molloy, MCh, MSc, pakar kesehatan olahraga di Royal College of Surgeons di Irlandia

"Stampede adalah keliru dalam keseluruhan konsep dan itu menyiratkan kecepatan, dan itu hampir menyiratkan sedikit kesalahan pada individu yang terpengaruh olehnya."

Baca juga: Mengapa Kerumunan Massa Dapat Berujung Maut?

Ia menjelaskan, dalam keramaian, orang mungkin mulai jatuh dan diinjak-injak oleh orang banyak, atau kehabisan oksigen karena tidak memiliki ruang untuk bernapas.

Tingkat keparahan crowd crush dapat bergantung pada ukuran kerumunan secara proporsional dengan ruang, tingkat kepanikan, dan kondisi kesehatan orang yang mendasarinya.

Kepadatan yang berlebihan, kerumunan yang tidak terkelola, dan jalur lebar yang tersaring ke jalur sempit adalah resep untuk bencana,” pakar perilaku kerumunan di University of Greenwich, Prof Edwin Galea menjelaskan.

Jika kepadatan kerumunan meningkat di atas empat orang per meter persegi, dan terutama mencapai enam orang maka risiko kecelakaan meningkat.

Kerumunan dapat terjadi ketika terlalu banyak orang mendorong ke dalam area terbatas – baik saat masuk, atau mencoba keluar.

Orang-orang dapat terjepit sedemikian rupa sehingga kerja paru-parunya tidak optimal dan berisiko mengalami sesak napas akibat tekanan.

Seringkali orang yang kehilangan nyawa di kerumunan terjadi akibat didorong ke dinding.

Baca juga: Tragedi Itaewon dan Kanjuruhan, Kenapa Kerumunan Bisa Picu Kematian?

Cara mengenali risiko di keramaian

Cara merawat telinga termasuk  melindungi pendengaran selama acara musik dengan suara keras. UNSPLASH/JOSH SORENSEN Cara merawat telinga termasuk melindungi pendengaran selama acara musik dengan suara keras.
Berbagai kasus belakangan ini menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih bijak saat akan hadir dalam keramaian seperti konser, festival atau pertandingan olahraga.

Paul E. Pepe, MD, MPH, seorang profesor kedokteran darurat di University of Texas Southwestern Medical Center menilai penyelenggara acara menjadi kunci untuk menentukan standar keselamatan pengunjung.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan selama acara, termasuk dijadikan pertimbangkan kita sebelum hadir ke lokasi.

Apakah ruangan terlalu padat?

Sebelum acara, penyelenggara harus memperhatikan hunian ruang, dan tidak mengizinkan terlalu banyak peserta dalam satu titik, kata Malloy.

Ketika tiga atau empat orang terjepit menjadi satu meter persegi dalam kerumunan yang bergerak, akan sulit untuk menavigasi melalui kerumunan.

Baca juga: Polisi Perketat Pengamanan Konser NCT 127 di Hari Kedua, Jumlah Personel Ditambah

Ketika jumlahnya mencapai tujuh atau lebih per meter persegi, akan sangat sulit untuk menahan dorongan orang banyak, dan orang-orang bahkan mungkin mengalami kesulitan bernapas.

Pada tingkat kepadatan ini, jika seseorang jatuh mungkin sangat sulit bagi mereka untuk bangun.

Apakah permukaannya diratakan?

Permukaan yang tidak rata dapat meningkatkan risiko jatuh atau tersandung.

Apalagi jika kita terlalu asyik menikmati suasana sehingga tidak memperhatikan posisi berdiri.

Baca juga: 4 Alasan Bisa Tertular Covid-19 meski Pakai Masker di Tengah Kerumunan

Apakah jalur keluar memadai?

Penyelenggara acara juga harus membuat tempat yang mudah dilewati, dengan melapisinya dengan beberapa rute keluar.

Akses ini bisa berupa pintu keluar atau pagar atau barikade yang mudah dibuka.

"Salah satu cara kita bisa menghindari [crowd crush] adalah memiliki rute pelarian, jadi jika orang tidak tertangkap, kita bisa membawanya melewati pagar atau membuka pintu," kata Pepe.

Apakah orang-orang terlihat tidak nyaman?

Penyelenggara dan staf seharusnya selalu mewaspadai tanda-tanda keramaian yang sudah berbahaya dari ekspresi pengunjung.

“Kalau keadaannya kurang baik, biasanya bisa diketahui dengan melihat orang-orang di sekitar,” ujar Pepe.

"Mereka terlihat khawatir atau mereka terlihat cemas, atau mereka merasa sedikit sesak."

Sebagai pengunjung, kita juga bisa menerapkan hal serupa jika baru saja ingin masuk ke lokasi keramaian.

Baca juga: Sesak Napas? Ini Posisi yang Baik untuk Meredakannya

Apakah kepala pengunjung bergerak ke atas dan ke bawah?

Malloy berpendapat kepala orang mulai naik turun di keramaian adalah indikasi penting soal keramaian yang sudah terlalu padat.

"Kadang-kadang, Anda akan menemukan kerumunan yang sangat besar dan padat sehingga orang-orang tampak terangkat—mereka tidak lagi mengendalikan diri mereka sendiri, mereka tidak berjalan lagi, mereka digerakkan oleh kerumunan itu," kata Molly.

"Saat mereka mulai berjuang, Anda akan melihat kepala Anda terangkat di atas kerumunan atau turun."

Jika sudah begini, segera hubungai kontak darurat agar kerumunan segera dibubarkan dan mendapatkan pertolongan.

Baca juga: Penting Dipahami, 8 Tips Aman Saat Terjebak Kerumunan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com