Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Beli Pakaian, Pikirkan Dulu Dampaknya pada Lingkungan

Kompas.com - 16/11/2022, 08:50 WIB
Chelsea Austine,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berkembangnya industri fesyen datang dengan sejumlah konsekuensi. Pasalnya, industri tersebut dinilai sebagai salah satu yang menyebabkan polusi terbesar, baik terhadap lingkungan maupun manusia.

Selain membutuhkan energi yang banyak, kebutuhan air untuk membuat suatu pakaian juga tidak kalah borosnya.

Satu celana jeans saja membutuhkan 10.000 liter air dalam seluruh proses pembuatannya. Sedangkan estimasi air yang telah dihabiskan oleh industri fesyen di dunia setiap tahunnya, diperkirakan mencapai 93 miliar kubik meter air.

Belum lagi dampak negatif lainnya seperti pencemaran hulu air, toxin dan bahan kimia, emisi karbon yang tinggi, dan bahaya kesehatan nan mengintai para pekerja pabrik atau pembuat pakaian.

Terlepas dari itu, berita baiknya, semakin banyak brand, komunitas, dan masyarakat yang mulai menyadari dampak negatif dari industri fesyen dan beralih ke sustainable fashion.

Sederhananya, fesyen berkelanjutan merupakan proses pembuatan pakaian yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup dan orang-orangnya.

Hal ini biasanya dilakukan dengan mengadopsi praktik menggunakan bahan baku yang aman untuk ekosistem, mengelola limbah supaya minim karbon, sekaligus mensejahterakan pekerjanya.

Baca juga: Menjual Barang Preloved, Decluttering Sekaligus Mengurangi Limbah

Nah, fenomena sustainable fashion juga ikut digaungkan oleh Tinkerlust, Luxury Branded Fashion dan Preloved, lewat acara Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, Selasa (15/11/22).

Adapun, tema yang diangkat pada acara tahun ini adalah “Unlocking Fashion, Sustainability, & Circular Economy”.

“Kita semua tahu bahwa industri fashion dapat menyebabkan dampak lingkungan dan sosial yang membahayakan untuk jangka waktu yang lama," tutur Samira Shihab selaku Co-Founder dan CEO Tinkerlust.

"Untuk itu, kami sebagai ecommerce yang bergerak di preloved goods, merasa perlu mensosialisasikan bagaimana sustainable fashion dapat menjadi solusi untuk lingkungan yang lebih baik dan menciptakan circular economy."

"Artinya, fashion yang sudah tidak dipakai bisa diperjualbelikan, sehingga tidak menumpuk dan bisa menjaga nilai fashion itu sendiri selama mungkin,” lanjutnya.

 Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, Selasa (15/11/22) Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, Selasa (15/11/22)
Menurut Fashion Impact Report yang diluncurkan oleh Tinkerlust, masih ada sebagian masyarakat yang belum menyadari dampak negatif dari industri fesyen. Padahal, industri tersebut berkontribusi terhadap 85,5% tumpukan sampah, 33,8% polusi air, dan 29,6% polusi tanah.

Di tahun 2019 sendiri, industri fesyen di Indonesia telah menghasilkan 2,3 juta ton sampah tekstil, 2 juta di antaranya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir dan sisanya berhasil didaur ulang. Jika tidak diatasi secepatnya, lama-lama kita akan hidup berdekatan dengan sampah.

Baca juga: Kurangi Limbah Pakaian Mulai dari Lemari Pakaian Sendiri

Cara menganut fesyen berkelanjutan

Lantas, apa sih hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung sustainable fashion?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com