Asam asetat dalam cuka apel dapat membantu menurunkan gula darah, kendati para peneliti tidak mengetahui penyebab pasti di baliknya.
Satu teori mengungkapkan, asam asetat menghalangi aktivitas enzim yang mengubah makanan bertepung menjadi glukosa sehingga pelepasan gula darah ke aliran darah melambat.
Maka dari itu, mengonsumsi cuka apel sebelum makan berat karbohidrat dapat membantu mencegah lonjakan gula darah.
Cuka apel juga bisa menurunkan kadar insulin dan memperbaiki respons sel terhadap hormon pengatur gula darah.
Hasilnya, cuka apel membantu memperbaiki resistensi insulin dan mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Dalam meta-analisis dari sembilan studi baru-baru ini, konsumsi cuka apel dikaitkan dengan penurunan kadar kolesterol secara keseluruhan.
Satu studi kecil melibatkan peserta yang kelebihan berat badan. Secara acak, mereka diminta mengikuti diet pembatasan kalori selama 12 minggu dan mengonsumsi 30 mililiter cuka apel per hari.
Kelompok lain mengikuti diet yang sama, namun tidak mengonsumsi cuka apel.
Mereka yang mengonsumsi cuka apel melaporkan lebih sedikit rasa lapar saat diet dan kehilangan lebih banyak berat badan, terutama lemak visceral.
Banyak ahli merekomendasikan untuk mengaduk 1-2 sendok teh cuka apel dalam segelas air dan diminum sebelum makan.
Kita bisa menambahkan beberapa tetes madu jika rasa asam cuka apel terlalu berlebihan.
Saat meminum cuka apel, sebaiknya cuka apel diencerkan lebih dulu.
Jika terlalu pekat, asam dari cuka apel dapat mengikis enamel gigi dan menghasilkan sensasi terbakar di tenggorokan atau kerongkongan.
Perlu diingat, sebelum meminum cuka apel, pastikan berkonsultasi dengan dokter demi memastikan cuka apel baik untuk tubuh kita.
Konsentrasi asam asetat dalam cuka apel bisa berbahaya jika dosisnya terlalu banyak.
Selain itu, suplemen dan permen yang mengandung cuka apel yang dijual di pasaran harus dikonsumsi secara hati-hati.
Beberapa efek samping terkait konsumsi cuka apel adalah: