Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 10/01/2023, 09:08 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Vaginismus adalah disfungsi seksual yang dialami perempuan sehingga mengalami kejang otot vagina tanpa disengaja.

Kejang otot ini terjadi ketika ada sesuatu yang berusaha menembus vagina, baik itu penis dan jari saat berhubungan seksual, tampon atau alat medis dalam pemeriksaan kesehatan.

Vaginismus bisa menyebabkan rasa tidak nyaman atau sangat menyakitkan bagi penderitanya, tergantung kondisinya.

Baca juga: 4 Jenis Disfungsi Seksual yang Bisa Terjadi Pada Pria dan Wanita

Ironisnya, banyak perempuan tidak menyadari menderita vaginismus meskipun merasakan rasa sakit tersebut.

Kebanyakan terlalu malu untuk membicarakan masalahnya maupun berkonsultasi dengan dokter.

Penyebab vaginismus

Sejauh ini, pakar kesehatan belum bisa memahami penyebab vaginismus pada seseorang.

Akan tetapi, disfungsi seksual ini dapat menyebabkan masalah fisik, psikologis maupun seksual.

Penyakit seperti infeksi kandung kemih maupun infeksi jamur dapat memperburuk nyeri vaginismus.

Baca juga: 6 Gejala Vaginismus yang Membuat Susah Penetrasi Vagina

Di sisi lain, ada sejumlah faktor risiko yang dinilai dapat menyebabkan vaginismus, antara lain:

  • Gangguan kecemasan
  • Cedera saat melahirkan, seperti robekan vagina
  • Riwayat operasi
  • Ketakutan akan seks atau perasaan negatif tentang seks, mungkin karena pelecehan seksual, pemerkosaan, atau trauma di masa lalu

Gejala awal vaginismus bisa muncul di akhir masa remaja atau awal masa dewasa saat berhubungan seks pertama kalinya.

Bisa juga saat pertama kali memakai tampon maupun menjalani pemeriksaan panggul sehingga harus mengakses vaginanya.

Baca juga: Panduan Menggunakan Tampon dengan Benar dan Tidak Sakit

Ilustrasi hubungan seksual.pexels Ilustrasi hubungan seksual.
Namun ada juga perempuan yang mengalami vaginismus belakangan meskipun sebelumnya tidak mengalami gejala maupun rasa nyeri apa pun.

Kejang otot yang terjadi juga bisa muncul kapan saja tiap kali adanya penetrasi vagina.

Bisa juga mengalaminya hanya di waktu-waktu tertentu seperti ketika berhubungan seksual atau pemeriksaan panggul.

Baca juga: Mengapa Vagina Terasa Nyeri Setelah Berhubungan Seks?

Namun tidak semua kejang otot vagina bisa dikategorikan sebagai vaginismus apalagi tanpa pertimbangan dokter.

Pasalnya, ada beberapa kondisi yang memiliki gejala serupa dengan vaginismus, seperti:

  • Atrofi vagina: Kurangnya estrogen setelah menopause membuat lapisan vagina lebih tipis dan kering (atrofi vagina).
  • Vestibulitis vulva : Kondisi ini menyebabkan seks yang menyakitkan (dispareunia). Orang mungkin merasakan sakit dari penetrasi awal hingga akhir hubungan seks.

Gejala vagisnismus

Sejumlah gejala vaginismus antara lain:

  • Ketidaknyamanan atau rasa sakit saat penetrasi vagina
  • Ketidakmampuan untuk berhubungan seks atau menjalani pemeriksaan panggul karena kejang atau nyeri otot vagina
  • Hubungan seksual yang menyakitkan

Segera konsultasi ke dokter jika merasakan rasa sakit ketika berhubungan seksual maupun nyeri yang tidak nyaman.

Hal tersebut tidak normal sehingga sudah seharusnya dilakukan pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis terbaik.

Baca juga: Penyebab dan Gejala Vaginismus, Kontraksi Abnormal pada Otot Vagina

Pengobatan vaginismus

Ilustrasi pasangan selingkuhYourtango Ilustrasi pasangan selingkuh

Vaginismus bisa diobati dengan beberapa cara untuk mengurangi refleks otot yang menyebabkannya tegang. .

Terapi juga bisa dilakukan mengatasi kecemasan atau ketakutan yang berkontribusi terhadap vaginismus.

Beberapa metode pengobatan yang mungkin direkomendasikan, misalnya:

  • Terapi topikal: Lidokain topikal atau krim campuran untuk membantu mengatasi rasa sakit akibat vaginismus
  • Terapi fisik dasar panggul: Terapis fisik akan mengajari kita cara mengendurkan otot dasar panggul.
  • Terapi dilator vagina: Dilator vagina adalah alat berbentuk tabung yang tersedia dalam berbagai ukuran. Tujuan utamanya adalah untuk meregangkan vagina. Orang dengan vaginismus menggunakan dilator agar lebih nyaman dan tidak terlalu sensitif terhadap penetrasi vagina. Biasanya direkomendasikan terlebih dahulu mengoleskan krim mati rasa topikal ke bagian luar vagina untuk memudahkan pemasangan.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): CBT membantu kita memahami bagaimana pikiran memengaruhi emosi dan perilaku. Metode ini adalah pengobatan yang efektif untuk kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
  • Terapi seks: Terapis seks terlatih bekerja dengan individu dan pasangan untuk agar kembali menikmati bercinta tanpa khawatir rasa sakit yang diakibatkan vaginismus.

Baca juga: Apa yang Sebenarnya Terjadi Selama Terapi Seks?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com