Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2023, 11:28 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber USNews

KOMPAS.com - Penderita asam lambung perlu mengetahui bahwa penyakit ini tidak boleh diabaikan.

Sebab, bila dibiarkan terus-menerus, bisa jadi ada risiko komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

Terutama ketika asam lambung naik atau kambuh dari waktu ke waktu ditambah lagi dengan beberapa faktor risiko, kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan dan komplikasi serius jika tidak ditangani.

Baca juga: Posisi Tidur yang Tepat untuk Mencegah Asam Lambung Naik 

Risiko komplikasi asam lambung jika diabaikan

Ilustrasi asam lambung naik pada ibu hamilSHUTTERSTOCK / ANTONIODIAZ Ilustrasi asam lambung naik pada ibu hamil

Penyakit asam lambung atau refluks asam adalah kondisi yang ditandai dengan naiknya asam lambung ke esofagus atau kerongkongan.

Saluran ini berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan antara mulut dan kerongkongan.

Organ seperti perut dapat menahan sifat asam dari cairan asam lambung, tetapi tidak bagi tenggorokan yang tidak memiliki lapisan khusus penahan asam berlebihan.

Kondisi ini seiring waktu bisa mengiritasi dinding kerongkongan yang kemudian mengarah pada komplikasi asam lambung.

Dr. James East, ahli gastroenterologi dari Mayo Clinic, London, mengungkapkan bahwa risiko komplikasi akibat asam lambung lebih mungkin terjadi pada pasien yang tidak mengelola penyakitnya dengan baik.

"Penyakit asam lambung itu bisa memicu kerusakan dan lapisan di tenggorokan," kata dokter James East, seperti dilansir US News.

Menurut dia, sifat dasar dari asam lambung itu dapat berpotensi merusak beberapa jaringan di tubuh, terutama di bagian tenggorokan.

Berikut sejumlah komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit asam lambung yang kerap diabaikan.

1. Esofagitis

Esofagitis merupakan peradangan yang terjadi di saluran tenggorokan akibat terlalu sering terpapar asam lambung.

Kondisi ini bisa menyebabkan nyeri ulu hati, kesulitan menelan, mual, dan nyeri dada saat pasien mengonsumsi makanan.

"Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, maka risiko iritasi jaringan parut dan penyempitan kerongkongan dapat terjadi," kata East.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com