Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2023, 19:03 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Medium

"Mengapa saya merasakan ini?"
"Bagaimana ini akan hilang?"

Jangan terlibat dalam obrolan pikiran, kemarahan ini cukup diamati saja, diterima dan dirasakan.

Beberapa sensasi yang mungkin dirasakan adalah leher yang menegang, dada terasa sesak, sakit kepala, sampai perut yang seolah terasa kencang.

Ketahuilah bahwa tujuan dari latihan ini adalah untuk memahami bagaimana kemarahan terwujud di dalam tubuh, sehingga kita dapat mengenalinya saat kemarahan itu muncul.

Ketika sudah mengenali emosi dari dalam diri, maka kita dapat dengan mudah mengontrol emosi tersebut agar tidak terpendam atau cuma sekadar cari pelarian.

3. Mengenali emosi lebih dalam terkait kemarahan

Kemarahan sebenarnya adalah bentuk respons terhadap rasa sakit.

Misalnya saja saat kita terluka, diperlakukan tidak adil, dihina, diabaikan, dilecehkan, hingga tidak dihargai.

Alih-alih mengalah pada emosi marah dan rasa sakit, akan lebih baik alihkan kemarahan itu menjadi energi positif bagi diri kita.

Caranya adalah meyakinkan pikiran dan hati bahwa kemarahan adalah bentuk dari upaya untuk menaklukkan rasa sakit dan mencegah rasa sakit lebih lanjut.

Selain itu, tanamkan pula bahwa kemarahan merupakan bentuk perlindungan diri dari hal-hal yang tidak ingin kita rasakan.

Dengan begitu, kita akan menyadari dan lebih mengelola emosi negatif yang ada pada diri kita agar lebih mudah terkontrol.

4. Biarkan kemarahan berbicara kepada diri sendiri

Membiarkan kemarahan berbicara kepada diri sendiri bertujuan agar kita mengidentifikasi berbagai subpersonalitas kita.

Subpersonalitas adalah mode kepribadian berbeda yang muncul sehingga kita dapat menghadapi situasi tertentu.

Masing-masing dari kita memiliki banyak subpersonalitas yang berbeda, misalnya saja sisi "baik" atau "jahat", "berani" dan "pemalu", sampai "penurut" dan "pemberontak".

Pada dasarnya setiap orang memiliki beragam subpersonalitas, namun satu kepribadian yang mencirikan diri kita adalah yang paling dominan.

Proses membiarkan kemarahan muncul juga merupakan bentuk aktualisasi diri yang dapat menyelaraskan energi menjadi utuh.

Dalam latihan self healing-nya, kita bisa memvisualisasikan kemarahan itu muncul dan mengamati akan menjadi seperti apa.

Tujuannya adalah membiarkan perasaan, pikiran, dan ingatan yang tertekan muncul tanpa berusaha membungkamnya.

Ini juga termasuk salah satu bentuk dari mendengarkan emosi dan membiarkannya terluapkan.

Baca juga: Melatih Anak Mengelola Emosi 

5. Tidak berekspektasi lebih pada apapun

Inti dari amarah itu berawal dari harapan atau ekspektasi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai harapan.

Dengan melepaskan keinginan atau ekspektasi yang terlalu berlebihan, cara ini berdampak langsung dan mengubah pandangan kita pada suatu hal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com