Ada kalanya, kita merasa begitu terbebani sebagai sandwich generation sehingga ingin memutuskan hubungan dengan keluarga.
Hal ini, menurut Lucia, boleh saja dilakukan jika bertujuan untuk menjaga kesejahteraan psikologis kita.
"Hanya saja sering kali keputusan tersebut juga tidak langsung membawa pada perubahan baik, seperti tidak langsung berkorelasi dengan rasa lega atau sejahtera secara psikologis," urainya.
Misalnya justru memicu rasa bersalah yang membuat sedih berkepanjangan.
Ia menyarankan sikap memutuskan hubungan ini perlu diikuti dengan mengukur kondisi diri.
Bila masih mudah merasa bersalah dengan memutus hubungan tersebut, maka perlu adanya pihak-pihak yang menguatkan di awal proses memutus, seperti pasangan atau sahabat.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah menjaga jarak secara bertahap seperti mengurangi intensitas waktu memberi bantuan maupun mengurangi kuantitas bantuan.
"Dengan proses pengurangan gradual ini diharapkan dapat sekaligus menyiapkan kondisi mental baik pada kita maupun keluarga," ujar Lucia, yang merupakan founder Wiloka Workshop.
Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah menyampaikan batasan yang sedang kita lakukan.
Tindakan ini mungkin bisa memicu konflik namun setidaknya bisa memberikan manfaat untuk diri kita sendiri.
Penting juga mempersiapkan diri bagaimana kita akan menghadapi konsekuensi atas pemutusan hubungan maupun bantuan finansial yang biasa diberikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.