KOMPAS.com - Istilah princess syndrome mencuat di media sosial akibat kasus kekerasan yang dilakukan Mario Dandy.
Sebabnya, A (15) yang merupakan kekasih pelaku sekaligus mantan kekasih korban, disebut memiliki kecenderungan perilaku tersebut, dalam kaitannya dengan kasus tersebut.
Princess syndrome adalah kecenderungan perilaku ketika seorang perempuan muda menjalani kehidupannya bagaikan dongeng.
Ia hanya berfokus pada hal-hal yang indah, menempatkan dirinya di pusat alam semesta, dan terobsesi dengan penampilannya.
Princess syndrome bukan istilah medis yang resmi namun banyak perempuan mengidap hal ini.
Princess syndrome mungkin tidak dianggap hal serius ketika dialami anak perempuan namun bisa menjadi masalah ketika bertambah dewasa.
Kondisi tersebut bisa memengaruhi harga dirinya, ketergantungannya pada orang lain, bagaimana dia menjaga dirinya sendiri, dan seberapa berdayanya yang dia rasakan dalam hidupnya.
Jennifer L. Hartstein, Psy.D., psikolog anak dan remaja di New York, mengatakan princess syndrome sering dipengaruhi oleh narasi media dan orangtua tentang anak perempuan.
"Ada pesan di mana-mana yang disampaikan kepada para gadis bahwa menjadi seorang putri adalah cara terbaik, dan satu-satunya," ujarnya, dikutip dari Psychology Today.
Baca juga: Cegah Bibit Princess Syndrome pada Anak Perempuan, Orangtua Perlu Tahu
Misalnya lewat film, pakaian, konten media sosial dan paparan lainnya yang berdampak pada psikologinya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.