KOMPAS.com - Princess syndrome adalah kecenderungan perilaku seseorang yang membuatnya seakan hidup di negeri dongeng.
Perempuan yang mengalaminya menjadikan dirinya sebagai pusat segalanya, terobesi dengan penampilan fisik dan hanya fokus pada hal yang indah saja.
Hal ini juga memengaruhi karakter seseorang termasuk harga diri, relasinya dengan orang lain dan perasaan berdaya yang dimiliki.
Baca juga: Pengertian Princess Syndrome, Penyebab dan Ciri-cirinya
Princess syndrome memang bukan diagnosis medis resmi namun cukup banyak perempuan mengalaminya.
Anak perempuan kerap memiliki impian menjadi putri kerajaan
Dongeng, novel roman, film komedi romantis, iklan produk hingga konten media sosial cenderung menampilkan Kaum Hawa sebagai makhluk tidak berdaya butuh diselamatkan, dilayani, dan dipenuhi kebutuhannya.
Hal ini akhirnya membentuk citra diri yang negatif dan pola pikir yang ingin hidup bagaikan putri kerajaan.
Baca juga: Memilih Jenis Cerita Dongeng Sesuai Usia Anak
Tanpa disadari, orangtua juga kerap berperan membuat anak perempuannya tumbuh memiliki princess syndrome dalam dirinya.
Misalnya dengan membiarkan paparan narasi seksis itu atau hanya berfokus pada nilai fisik semata.
"Ajari dia cara mengatasi tekanan, dan mengembangkan harga diri yang positif, citra tubuh yang realistis, dan kemandirian," ujar Jennifer L. Hartstein, Psy.D., psikolog anak dan keluarga di New York.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.