Oleh: Rangga Septio Wardana dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Sebagian orang menganggap menjadi perfeksionis merupakan hal penting untuk memotivasi diri. Ini bertujuan untuk melakukan sesuatu secara maksimal. Sebab, orang yang perfeksionis pekerja keras hingga punya standar kerja yang tinggi.
Namun, apabila tidak terkontrol, perfeksionis ternyata memiliki banyak dampak buruk. Sikap ini bisa membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk mengambil risiko, mengurangi kreativitas, dan inovasi.
Bahkan, sikap yang menuntut kesempurnaan ini juga merupakan sumber emosi negatif. Mereka takut mendapat penilaian negatif dari orang lain dan menuntut diri dengan standar yang tinggi. Hal ini pun dibahas dalam siniar Obsesif bertajuk “Perfeksionis, Baik atau Buruk? ft. Andreas Bordes” dengan tautan akses dik.si/ObsesifAndreas3.
Perfeksionis adalah karakter seseorang yang memiliki standar tinggi dan cenderung mengejar kesempurnaan. Menurut D.E. Hamachek, perfeksionis terbagi menjadi dua, yaitu healthy perfectionist dan neuro perfectionist.
Healthy perfectionist merupakan karakter yang biasanya memiliki standar tinggi, namun realistis. Mereka berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya dengan terus mengevaluasi pengalaman yang terjadi.
Sementara itu, neuro perfectionist adalah orang yang memiliki standar tinggi dan tidak realistis. Mereka berusaha menjadi yang terbaik di antara semua orang. Ketika tujuan atau standarnya tidak tercapai, mereka akan menyalahkan diri sendiri.
Melansir dari The Mighty, perfeksionis memiliki beberapa tipe yang dapat diidentifikasikan dalam diri sendiri, yaitu
Tipe perfeksionis ini adalah mereka yang berusaha memenuhi ekspektasi dan harapan orang lain. The people pleaser memiliki kecenderungan paling berjuang dengan harapan orang lain sehingga orang lain menjadi acuan untuk bersikap.
Mereka berkeinginan membuat orang lain bangga akan dirinya, namun dengan cara mengorbankan dirinya sendiri.
The former gifted kid sejak kecil telah dilabeli memiliki bakat dan keistimewaan. Akibatnya, mereka harus selalu menunjukkan bahwa dirinya istimewa dalam setiap situasi. Perfeksionis tipe ini akan selalu mencoba membuktikan nilai yang dimilikinya lebih unggul dari orang lain.
Perfeksionis tipe ini sangat ambisius dan selalu sibuk untuk mencapai langkah selanjutnya. The stress junkie merupakan workaholic dan merasa rugi jika menyia-nyiakan waktu tanpa produktivitas.
Namun, mereka jarang memberi apresiasi dan menghargai diri sendiri setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan.
The secret perfectionist sebenarnya tidak begitu peduli dengan kesempurnaan eksternal atau dilihat orang lain. Sebaliknya, mereka akan mencari kesempurnaan internal mulai dari pola pikir, emosi, dan fisik yang sempurna.
Perfeksionis tipe ini akan mengejar standar kesempurnaan pribadi dengan melakukan aktivitas untuk menyeimbangkan kebutuhan tubuh dan mentalnya sendiri.