Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2023, 22:30 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Mikropenis adalah kondisi bawaan ketika laki-laki memiliki penis yang berukuran sangat kecil namun dengan struktur normal.

Mikropenis disebabkan perkembangan janin yang tidak normal, dipicu oleh kelainan genetik atau hormonal.

Kondisi ini bisa dideteksi sejak dini ketika bayi laki-laki baru lahir atau periode anak usia dini meskipun banyak yang baru menyadarinya ketika dewasa.

Baca juga: Bagaimana Memastikan Anak Alami Mikropenis?

Sebenarnya, mikropenis dapat berfungsi normal termasuk untuk ereksi dan buang air kecil selama tidak ada masalah kesehatan lain.

Namun, ukuran penis yang terlalu kecil ini bisa memicu masalah psikologis termasuk sosial dan emosional dengan pasangan.

Ukuran mikropenis

Mikropenis adalah kondisi yang sangat jarang, hanya memengaruhi sekitar 0,6 persen orang di seluruh dunia.

Oleh sebab itu, kondisi ini kerap kali tidak terdeteksi sampai akhirnya seseorang beranjak dewasa.

Dokter bisa melakukan diagnosis dengan melakukan pengukuran terhadap penis yang diregangkan alias Stretched Penile Length (SPL).

Caranya, tarik penis dengan lembut, pegang dekat dengan tubuh dan ukur dari ujung ke pangkal penis.

Baca juga: Mikropenis pada Anak Bisa Diobati

Ukuran penis pria tidak selamanya memengaruhi kenikmatan seksual pasangan.Unsplash/ charlesdeluvio Ukuran penis pria tidak selamanya memengaruhi kenikmatan seksual pasangan.
Dikategorikan sebagai mikropenis apabila panjang penis seseorang kurang dari 2,5 standar deviasi di bawah rata-rata.

Berikut contohnya:

  • Panjang rata-rata PL untuk pria dewasa adalah 5.25 inci atau sekitar 13, 3 cm. Maka jika kurang dari 9,3 cm maka tergolong mikropenis.
  • Panjang rata-rata SPL untuk bayi baru lahir adalah 1,4 inci atau sekitar 3,5 cm. Jika SPL bayi kuran dari 1,9 cm maka dikategorikan mikropenis.

Baca juga: Pria yang Punya Penis Kecil Lebih Menginginkan Mobil Sport, Kok Bisa?

Penyebab dan gejala

Penyebab mikropenis umumnya adalah defisiensi testosteron janin, yang dapat dipicu oleh berbagai kondisi, termasuk sindrom Prader-Willi, sindrom Kallman atau, yang paling umum, hipogonadisme hipogonadotropik.

Hipogonadisme hipogonadotropik terjadi ketika hipotalamus tidak mengeluarkan hormon yang merangsang testis untuk menghasilkan testosteron.

Padahal proses tersebut diperlukan untuk pematangan normal dan fungsi reproduksi.

Namun banyak juga kasus mikropenis yang tidak diketahui penyebabnya.

Baca juga: Ukuran Penis Ternyata Bisa Menyusut, Ketahui 6 Penyebabnya

Kondisi ini bisa terjadi dengan sendirinya namun sering kali masalah kesehatan lain karena gangguan hormonal atau kondisi bawaan lahir.

Orangtua bisa mengenali mikropenis pada anak laki-lakinya sejak bayi dengan panduan SPL dan tes dokter.

Gejala mikropenis juga bisa berbeda-beda pada setiap orang namun ada yang menyebabkan jumlah sperma yang rendah.

Penanganan

Ilustrasi.Shutterstock Ilustrasi.
Mikropenis biasanya ditangani dengan terapi testosteron dan pembedahan.

Terapi testosteron jangka pendek dilakukan dengan kemampuan penis untuk merespon hormon pertumbuhan lewat suntikan atau gel.

Riset membuktikan jika metode ini berhasil dengan baik pada bayi meskipun hasilnya pada laki-laki remaja atau dewasa belum bisa dipastikan.

Baca juga: Terapi Testosteron Bikin Pria Rentan Serangan Jantung

Untuk orang dewasa, penanganan mikropenis bisa dilakukan melalui operasi, tentunya dengan risiko dan efek samping masing-masing.

Kedua perawatan tersebut bisa dilakukan di usia berapa pun namun peluangnya lebih baik ketika penderita masih bayi sehingga lebih disarankan.

Bagi bayi dengan kondisi mikropenis, biasanya ditangani oleh ahli urologi anak atau ahli endokrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com