Pernahkah mengalami sakit perut karena terlalu stres? Ya, bukan lagi rahasia umum jika stres dapat berdampak nyata pada sistem pencernaan.
Beberapa gejalanya bisa dikenali mulai dari gejala yang lebih sederhana seperti nyeri, gas berlebih, diare, dan sembelit hingga kondisi yang lebih kompleks seperti sindrom iritasi usus besar dan refluks asam (Gerd).
Efek stres pada tubuh dapat bergerak melalui segitiga "ketegangan" yang meliputi bahu, kepala, dan rahang.
Stres dapat memicu sakit kepala tegang, sesak di leher dan rahang, serta simpul dan kejang di leher dan bahu.
Kita membutuhkan sistem kekebalan yang kuat untuk melawan penyakit, tetapi stres melemahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri hingga virus.
Akibatnya, orang yang tidak bisa mengelola stresnya akan lebih mudah terserang penyakit seperti pilek atau flu, autoimun, lupus hingga radang usus.
Stres juga dapat memengaruhi berat badan. Pasalnya, kortisol bertanggung jawab untuk mengatur metabolisme tubuh.
Ketika ada kortisol yang dilepaskan terlalu banyak, maka beberapa fungsi tubuh jadi terganggu dan metabolisme melambat.
Kondisi itu lantas bisa memengaruhi metabolisme kalori, penambahan nafsu makan dan berdampak pada penambahan berat badan.
Baca juga: 4 Kebiasaan yang Membantu Menambah Berat Badan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.