Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria di Tangerang Alami Obesitas hingga 300 Kg, Ini Kata Dokter Gizi

Kompas.com - 12/06/2023, 22:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, seorang pria penderita obesitas berinisial MF (27) dengan bobot tubuh hingga 300 kilogram (kg) dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang.

Namun tak lama, MF akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo agar bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut dengan mengikuti program penurunan berat badan yang tepat.

Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang, Taty Damayanty, MF juga mengalami infeksi pada kaki kanannya yang membuat pria tersebut kesulitan duduk maupun berdiri.

"Karena tirah baring yang lama, selama delapan bulan. Dia tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali karena kaki kanannya sakit."

"Jadi menyebabkan dia enggak bisa aktivitas, jadi tidur aja. Nah di situ terdapat luka-luka," ucap Taty.

Selama tirah baring itu, kata Taty, bobot tubuh MF juga bertambah menjadi 280 kg. Padahal, berat badan MF sebelumnya tercatat diangka 120 kg.

Baca juga: Pria Obesitas Seberat 300 Kg Alami Infeksi Kaki karena Terus Berbaring Selama 8 Bulan

"Jadi, untuk kasus (MF) ini, memang membutuhkan dokter spesialis bedah digestif sama dokter spesialis vaskuler. Nah kebetulan di kami belum ada, jadi kami revert ke RSCM," terangnya.

Penyebab dan dampak buruk obesitas

Obesitas memiliki berbagai macam penyebab. Dokter spesialis gizi klinik, Dr Diana Felicia Suganda, MKes, SpGK, mengungkapkan tentang hal ini.

Dia mengatakan, obesitas umumnya terjadi karena ketidakseimbangan antara indeks kalori yang masuk dan output energi dalam jangka waktu yang panjang.

"Masalahnya, obesitas itu tidak mungkin terjadi dalam 1-2 hari. Ini biasanya terjadi karena perilaku pola hidup yang kurang tepat," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/6/2023).

"Ini bisa dimulai dari kebiasaan mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, makanan yang digoreng, menggunakan lemak jenuh, atau makan yang bersantan dan jeroan."

"Lalu, bisa juga karena kebiasaan mengonsumsi gula dalam jumlah yang berlebihan melalui minuman manis dan minuman berkaleng," sambung dia.

Dari asupan-asupan yang tinggi kalori inilah, Diana mengatakan, jika dilakukan secara terus-menerus bisa menyebabkan kenaikan kalori yang memicu obesitas, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.

Makanan sehat dan bernutrisi. Makanan sehat dan bernutrisi.
"Berat badan tidak terasa akan terus naik sampai akhirnya terbiasa dan jika pola seperti ini dijalankan terus-menerus ya sudah pasti akan terjadi obesitas," jelas Diana.

Untuk dampaknya, obesitas bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kolesterol, dan lain sebagainya.

"Kita lihat dulu, kalau obesitas ini tinggi gula ya akan bermanifestasi menjadi diabetes," ungkapnya.

"Kemudian kalau tinggi lemak dan tinggi garam, risiko penyakitnya hipertensi atau stroke juga bisa meningkat."

"Jadi, noncommunicable disease (NCD) seperti hipertensi, kolesterol yang bisa memicu terjadinya stroke, gagal jantung, sampai gagal ginjal."

"Semua itu bisa merusak semua organ tubuh, bahkan penyakit-penyakit dengan hormon juga kadang berawal dari obesitas," kata Diana.

Baca juga: 4 Kebiasaan yang Bisa Diterapkan Orangtua untuk Cegah Anak Obesitas

Mengubah gaya hidup sejak dini

Menurut Diana, obesitas pada masa dewasa — seperti yang dialami oleh MF — bisa saja terjadi akibat kebiasaan atau gaya hidupnya dari waktu kecil.

"Memang pada masa kanak-kanak kita pun sudah terbiasa dengan gaya hidup yang ada di dalam keluarga," ujarnya.

"Misalnya, saat masih kecil kita banyak mengonsumsi makanan yang digoreng dan terbiasa minum yang manis-manis, itu akan memengaruhi obesitas di masa anak, sehingga risiko obesitas saat dewasa juga sangat tinggi," terang dia.

Ketika kita sudah mengetahui apa penyebab obesitas, setelah itu kita perlu mengubah gaya hidup yang lebih sehat dengan mengubah pola makan, berolahraga, dan juga berkonsultasi ke dokter gizi.

"Untuk mengubah pola makan tentu saja butuh waktu, konsistensi, serta niat yang kuat dari orang yang mengalami obesitas tersebut," tutur Diana.

"Tapi dari pola makan, kita bisa memulainya sesederhana menghindari makanan yang tinggi kalori."

"Kita ganti cara masaknya, mungkin yang setiap kali digoreng diganti menjadi tumis dengan minyak yang lebih sedikit.

"Kemudian bisa diubah juga cara masaknya menjadi kuah-kuah bening yang mungkin biasanya pakai santan.

"Perbanyak juga buah dan sayur, sehingga membuat asupan serat lebih tinggi dan kita pun bisa merasa lebih lama kenyangnya," saran dia.

Yang tak kalah penting, Diana juga menganjurkan untuk para penderita diabetes agar lebih banyak mengonsumsi air putih dan menghindari minuman berpemanis.

"Kalau pun mau teh bisa minum teh tawar, atau kopi hitam tanpa gula," terang dia.

"Jadi dari mengubah pola makan sudah bisa mengurangi kalori. Kemudian kita kombinasi dengan aktivitas fisik atau olahraga yang teratur," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com