Terutama pada sedotan plastik sekali pakai yang menjadi fokus utama untuk dikurangi penggunaannya.
Untungnya di Bali sendiri sudah ada beberapa regulasi yang melarang penggunaan sedotan plastik dan digantikan dengan produk sedotan yang ramah lingkungan.
"Menggantikan sedotan plastik kita bisa memakai sedotan stainless steel atau dari bambu yang ramah lingkungan dan bisa dipakai berulang kali," tambahnya.
Baca juga: Ini yang Dilakukan Pemerintah untuk Kurangi Sampah Plastik
Styrofoam biasanya terbuat dari bahan polisterena yang sangat sulit terurai secara alami.
Styrofoam yang dibuang seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah atau di lingkungan, menyebabkan masalah polusi plastik jangka panjang.
Bahkan data dari PPLH Bali menyebut kalau wadah yang biasa dijadikan tempat makan ini terurai di alam membutuhkan waktu 450 tahun.
Sampah plastik yang satu ini juga menjadi sampah yang cukup banyak ditemui di Bali.
Sachet biasanya digunakan pada kemasan banyak produk sehari-hari, mulai dari kebutuhan sanitasi seperti sampo, sabun, hingga kemasan makanan ringan dan minuman serbuk.
"Untuk mengurangi sampah sachet setidaknya kita dapat membeli berbagai kebutuhan itu dalam bentuk botol (ukuran besar)," ujar Indra.
Ini salah satu jenis sampah plastik yang jarang disadari. Pasalnya microbeads memiliki ukuran kecil dan biasanya terdapat pada produk perawatan wajah, tubuh hingga perawatan kecantikan.
"Microbeads itu bisa disebut sebagai scrub. Tanpa disadari plastik-plastik ini larut ke air dan terbuang ke sungai, mengalir ke laut dan karena berbahan plastik jadi cukup sulit terurai," tambah Indra.
Sayangnya belum ada regulasi dari pemerintah untuk menangani dampak microbeads ini sehingga berbagai produknya masih beredar luas di pasaran.
Tetapi kita dapat mengurangi dampak dari microbeads itu melalui penggunaan produk yang mengandung scrub alami.
"Misalnya kalau mau luluran, ya dicari produk lulur berbasis beras atau kopi yang lebih alami dan mudah terurai," tukas Indra.
Baca juga: Selain Jadi Aspal, Sampah Plastik Pun Bisa Diolah Membentuk Beton
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya