Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saykoji Sebut Dirinya Emotional Eater, Ketahui Tanda-tandanya

Kompas.com - 27/06/2023, 06:47 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Saykoji menyebut dirinya sebagai emotional eater yang makan karena dorongan suasana hatinya.

"Gue suka makan banyak banget, gue emotional eater," ujarnya, dalam video yang diunggahnya di Instagram.

"Gue makan sebagai cara gue menangani rasa sakit batin gue," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Emotional Eating, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ignatius Penjami (@saykoji)

Sebagai orang yang juga tidak merokok dan banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan nonton film dan bermain game, kecenderungan tersebut membuatnya mengalami obesitas selama bertahun-tahun.

Hal ini yang lalu menjadi motivasinya untuk mengubah gaya hidup sehingga sukses menurunkan bobot tubuh hingga 35 kilogram.

Baca juga: Cerita Saykoji Turunkan Berat Badan 35 Kilogram, Jadi Lebih Bahagia

Apa itu emotional eater?

Banyak orang makan bukan hanya karena lapar namun juga saat sedang sedih, marah atau murung.

Perilaku ini yang kemudian menjadikannya sebagai emotional eater meskipun, kadang, porsinya tidak berlebihan.

Sebenarnya, emotional eating adalah coping mechanism yang sangat normal sebagai respons terhadap perasaan yang kuat

"Definisi teknis emotional eating adalah makan untuk melarikan diri, mati rasa, mengubah, atau memperkuat perasaan kita," kata psikolog Cleveland Clinic, Susan Albers, PsyD.

Baca juga: Saat Sedih, Cobalah Konsumsi 5 Makanan Berikut...

Ironisnya, kecenderungan perilaku ini sangat lazim terjadi.

“Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75 persen dari semua makan kita didorong oleh emosi,” tambah Dr. Albers.

“Kita makan bukan karena lapar, tapi karena bosan, stres, atau cemas.”

Ada banyak penyebab yang bisa mendasari kenapa kita bisa obesitas. Namun, utamanya adalah jumlah kalori yang Anda makan lebih banyak dari pada yang Anda bakar melalui aktivitas harian dan olahraga.iStockphoto/Nattakorn Maneerat Ada banyak penyebab yang bisa mendasari kenapa kita bisa obesitas. Namun, utamanya adalah jumlah kalori yang Anda makan lebih banyak dari pada yang Anda bakar melalui aktivitas harian dan olahraga.
Ada hubungan biologis antara makan secara emosional dan stres yakni saat tubuh kita mulai memroduksi hormon kortisol ketika merasa khawatir atau kesal.

"Kortisol membuat kita mendambakan makanan manis, berlemak, atau asin," kata Dr. Albers.

Baca juga: Benarkah “Ngidam” Makanan Asin Berarti Tengah Mengandung Bayi Lelaki?

Budaya saat ini juga menggambarkan makanan sebagai hal yang berguna untuk meningkatkan suasana hati maupun semangat.

“Jika Anda melihat iklan atau promosi, mereka sering mendorong orang untuk beralih ke makanan sebagai sesuatu yang menenangkan,” kata Dr. Albers.

“Makanan juga sesuatu yang tersedia 24/7. Kita dapat meraihnya setiap saat sepanjang hari. Jadi ketika kita merasa stres, sangat mudah untuk langsung menuju makanan.”

Tanda-tanda emotional eater

Seorang emotional eater bisa dikenali lewat berbagai tanda-tanda berikut ini:

  • Mendadak mengidam dan mendesak

Kelaparan fisik berkembang perlahan seiring waktu namun faktor emosional menjadikannya hal yang mendadak dan tak tertahankan.

“Anda berkata, 'Saya perlu makan sesuatu. Saya butuh cokelat.’ kata Dr. Albers.

Baca juga: Alasan Tubuh Selalu Mengidam Makanan Manis

Mengidam makanan tertentu saja

Rasa mengidam seorang emotional eater juga terbatas pada makanan tertentu saja.

“Jika Anda berkata pada diri sendiri, 'Saya tidak ingin makan sesuatu hanya karena saya lapar. Saya ingin cokelat, dan hanya itu yang akan memuaskan saya, 'ini adalah tanda bahaya dari emotional eater, ” terang Dr. Albers.

  • Makan berlebihan

Tanda lain dari emotional eater adalah makan berlebihan agar perasaannya menjadi lebih baik atau pusa.

"Tidak peduli berapa banyak mereka makan, itu tidak pernah benar-benar membawa mereka ke perasaan itu sampai mereka merasa sakit atau terlalu kenyang dan kemudian berhenti makan,” kata Dr. Albers.

Baca juga: 3 Dampak Buruk Emotional Eating dan Cara Mengatasinya

Namun ketika makan, mereka tetap berharap mendapatkan sensasi yang berbeda dan mengubah kondisi emosionalnya.

  • Malu atau bersalah

Ilustrasi makanan sehatUnsplash Ilustrasi makanan sehat
Merasa tertekan secara emosional, seperti malu atau bersalah, atas kebiasaan makan kita adalah tanda lain emotional eater.

Baca juga: Kebiasaan Makan Malam Bikin Gemuk, Mitos atau Fakta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com