Selain itu, mengubah pola pikir negatif menjadi positif juga penting dalam mengembangkan sikap syukur.
Ketika individu menghadapi tantangan atau kegagalan, cobalah untuk mencari pelajaran atau aspek positif yang dapat diambil dari pengalaman tersebut.
Melihat setiap kesulitan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar dapat membantu kita mengalihkan fokus dari hal-hal yang tidak berjalan dengan baik.
Mendapatkan perspektif yang lebih luas tentang hidup juga dapat membantu individu mengembangkan sikap syukur.
Mengingat bahwa takdir terkadang berada di luar kendali kita dan mengakui bahwa ada banyak hal yang dapat kita syukuri dalam hidup ini, seperti kesehatan, hubungan sosial, atau kesempatan untuk berkembang, dapat membantu kita menghargai apa yang kita miliki.
Dalam hal ini, individu dapat melakukan death reflection, yaitu membayangkan kematian.
Dalam penelitian, ditemukan bahwa orang-orang yang diminta untuk membayangkan kematian lebih merasa bersyukur dibandingkan orang-orang yang diminta untuk membayangkan keseharian pada umumnya (Frias et al., 2011).
Selanjutnya, individu juga dapat melakukan experiential consumption. Hal ini merupakan kegiatan mengeluarkan uang untuk mendapatkan pengalaman dibandingkan membeli barang.
Dengan melakukan kegiatan ini, maka individu dapat menunjukkan rasa syukur yang lebih intens.
Berdasarkan penelitian, seseorang akan lebih merasa bersyukur ketika mendapatkan pengalaman berharga seperti pergi ke konser atau makan di luar rumah dibandingkan dengan ketika membeli baju atau perhiasan (Walker et al., 2016).
Terakhir, individu dapat melakukan mental subtraction, yaitu membayangkan apa yang akan terjadi pada hidup mereka ketika hal baik yang pernah mereka alami tidak benar-benar pernah terjadi.
Dalam hal ini, seseorang akan merasa bersyukur akan kebaikan yang pernah diperoleh tersebut (Koo et al., 2008).
Dapat disimpulkan bahwa dalam menjalani hidup ini, penting bagi setiap individu untuk memperhatikan dan menghargai keberkahan-keberkahan kecil yang ada dalam hidup kita.
Kurang bersyukur berujung pada depresi karena mengarahkan perhatian kita pada kekurangan, sementara mengembangkan sikap syukur membantu kita melihat dan mengapresiasi apa yang kita miliki.
Dengan melatih diri kita untuk lebih bersyukur, kita dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
*Irena Monica Hardjasasmita, Mahasiswa Magister Psikologi UNTAR
Roswiyani Ph.D, Psikolog dan Dr. Heryanti Satyadi, M.Si., Psikolog, Dosen Psikologi UNTAR
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.