Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Seni Membangun "Followership"

Kompas.com - 06/09/2023, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mereka mengikuti pemimpinnya tanpa pertanyaan, namun membutuhkan arahan yang konsisten. Mereka mungkin adalah tipe orang yang meluangkan waktu, namun tidak lebih dari itu, dan mereka mungkin percaya bahwa organisasi dan para pemimpinnya tidak tertarik dengan ide-ide mereka.

Keempat, pengikut yang teralienasi. Pengikut yang teralienasi memiliki tingkat pemikiran kritis independen yang tinggi, namun keterlibatannya rendah.

Mereka sering melihat diri mereka sebagai orang-orang dengan tingkat skeptisisme yang sehat, namun orang lain mungkin melihat mereka sebagai orang yang sinis dan bukan pemain tim.

Mereka mungkin merasa pemimpinnya tidak sepenuhnya mengenali atau memanfaatkan bakat mereka.

Kelima, pengikut pragmatis. Pengikut pragmatis memiliki tingkat keterlibatan dan pemikiran kritis yang moderat.

Mereka mungkin merasa lingkungan kerja penuh dengan ketidakpastian dan cenderung melihat apa yang terjadi sebelum mengambil tindakan.

Mereka terkadang dianggap oleh orang lain sebagai orang yang memainkan permainan politik, namun mereka biasanya melihat diri mereka sebagai orang yang tahu cara menjalankan sistem untuk menyelesaikan sesuatu.

Epilog

Di tengah semakin sengitnya persaingan di abad ini, mungkin kebanyakan orang ingin menjadi pemimpin. Yang perlu kita ingat, kita tidak perlu tumbang ketika dicaci, dan tidak tinggi hati ketika dipuji.

Hanya sedikit orang yang memahami bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik, pertama-tama kita harus menjadi pengikut yang baik.

Seperti yang dikatakan Aristoteles, “Siapa yang tidak bisa menjadi pengikut yang baik, tidak bisa menjadi pemimpin yang baik.”

Menjadi pengikut yang baik bukan berarti melaksanakan segala instruksi secara membabi buta. Tak mengherankan bila para pengikut di zaman sekarang lebih berkembang.

Mereka dengan bijaksana memilih siapa yang mereka ikuti dan menjadikan pengikut sebagai bagian dari "kawah candradimuka".

Di tempat kerja yang semakin demokratis, di mana media sosial memberikan pengaruh yang semakin besar, para pengikut menjadi lebih berdaya dari sebelumnya.

Robert Kelley, penulis The Power of Followership, membeberkan penelitian untuk menunjukkan bahwa kepemimpinan memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi hanya sebesar 20 persen. Jadi pengikut dapat memengaruhi efektivitas organisasinya sebanyak 80 persen.

Dengan kata lain, tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pengikut yang baik sama pentingnya dengan pemimpin yang baik.

Jadi, sudahkah Anda menjadi pengikut yang baik? Siapkah Anda menjadi pemimpin yang hebat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com